Jakarta Pusat, 13 Januari 2024 siang di Universitas Pertahanan bertemulah saya dengan Bang Kamarudin Batubara. Beliau CEO Benteng Mikro Group, koperasi simpan pinjam yang awal berdirinya dulu digagas oleh IPB dan Pemda Tangerang.

Sebenarnya sudah kenal lama, tapi tak pernah saya berkesempatan bersua beliau. Sampailah satu waktu satu waktu, saya ditelpon sahabat saya Nuril Anwar untuk menghadiri sebuah acara kewirausahaan (sebagai pembicara) di UIN, undangan ini sangat mendadak. Rupanya di sana sudah ada direktur keuangan Kop Benteng Mikro yang jadi pembicara juga. Saya belajarlah rekam jejak cemerlang koperasi ini tanpa harus bertemu Bang Kamarudin Batubara dan tak disengaja pula.

Bang Kamar, sebenarnya konsultan pada awalnya, ia diminta memperbaiki kinerja Koperasi Benteng Mikro. Beliau melihat “blind spot koperasi ini, kemudian ditantang masuk memperbaiki oleh para pemegang saham, lalu “nyemplung” puluhan tahun membenahi koperasi kecil ini menjadi sebesar sekarang. Omset koperasi yang punya 4 lini bisnis ini totalnya sudah trilyunan. Padahal, BMI, Benteng Mikro Indonesia ini mirip-mirip gerakannya Muhammad Yunus Grameen Bank di Bangladesh yang juga sebenarnya dilakukan BRI pada awal-awal dulu bank ini berkembang. “Terlalu peduli pada kaum marjinal” dan otomatis susah cuan dan kaya raya di negeri yang jurang kaya dan miskinnya semakin curam 3 tahun terakhir ini.

Kita memang ingin bertemu dan bertegur sapa sebelumnya, tetapi karena kesibukan masing-masing belum kesampaian. Saya punya niat meniru dan mengenalkan kesuksesan beliau ini kepada para penggerak koperasi, pelaku usaha simpan pinjam dan siapapun yang lisan dan tulisannya banyak berpihak pada ekonomi kerakyatan tetapi masih “minim aksi”. Nyemplung ke industri, hidup dari bisnis ini dan rasakan bagaimana sulitnya membangun bisnis dari awal tentu menjadi ketertarikan saya bertemu.

Tak dinyana di UNHAN Salemba, Angkatan Muda Koperasi pimpinan Frans Morega Panggabean membuat giat seminar yang mengundang beliau beserta WamenKop Ferry Juliantono, Dekan FKN Unhan Mayjen. Dr. Pujo Widodo dan Dr. Kusuma. Tuntas sudah rasa kangen ini, menyaksikan langsung seorang penggerak koperasi blak-blak-an bicara di depan para pihak apa-apa saja kekurangan “industri koperasi” yang musti dibenahi. No omon-omon, no bluffing kosongan atau cuma sekdar nakut-nakutin tanpa isi.

Berkali-kali menyaksikan kegagalan koperasi yang dibangun “gagah-gagahan” dan “gaya-gayaan”. Dua kali di antara pengalaman berkali-kali tsb, saya terlibat di dalamnya, dan selalu gagal. Hal ini membuat saya bosan dan jemu, bila menyimak seseorang bicara koperasi tapi tak punya jejak perkoperasian dalam hidupnya (baca: hidup dari koperasi, dan otomatis menghidupkannya). Berbeda ketika bertemu dengan beliau ini, saya malah semakin semangat ingin “ngaji” tekun ke Bang Kamar dan berniat nyemplung, terjun ke dalamnya kemudian berenang, sesekali tenggelam tak mengapa, karena sudah ada bukti konkrit orang bisa hidup dari koperasi seperti beliau ini.

Seperti biasa, bila saya bertemu dengan tokoh hebat yang super sibuk, kalimat yang didengar pendek, gesture yang terlihat sangat “ngawongke” kita yang bukan siapa-siapa, tapi spirit dari beliau langsung menular ke saya. Pertemuan singkat ini ingin saya sampaikan ke jejaring. Beliau bersalaman hangat dan bercanda “Abang kira, Kang Sirod sudah jadi Wamen…” gelak tawa-nya terdengar ringan sedikit mengejek, sembari mendekati Alphard hitam bertuliskan BMI di pelat nomornya..

Siapa yang sudah lelah dan mati rasa dengan koperasi? cuuuung…