Perlu difahami bahwa saya selalu mengagumi pencapaian seseorang dalam berkarya, berkarir atau mewujudkan sesuatu yang diakui banyak orang. Saya mengagumi Pak Joko Widodo sebagai seorang entrepreneur dari kalangan menengah yang mampu menapaki karir politik sedemikian pesat terlepas dari hal-hal negatif yang ada pada dirinya. Dari mengenal Pak Jokowi kemudian saya mengenal Pak Prabowo yang ternyata juga mendukung lahirnya politisi-politisi berbakat seperti Kang Ridwan Kamil dari Bandung atau Basuki Purnama dari Belitung.

Setiap orang memiliki karakter, mindset dan skill set yang menyebabkan dia bisa bertahan lama, konsisten dan komit dalam membangun apa yang dicita-citakan. Dalam hal membangun kualitas politik berbangsa bernegara, saya kira Prabowo Subianto adalah yang paling sukses menelurkan tokoh-tokoh pemimpin yang berlaga dan menjadi kekuatan yang diperhitungkan di negeri ini, walaupun pada akhirnya berlawanan dengan kekuatan yang dibangun dirinya dan partainya.

Masuknya tokoh-tokoh yang berada di seberang seperti Anies Baswedan, Sudirman Said, Said Didu, Ferry Mursyidan Baldan adalah buah dari konsistensi dan ketinggian daya pikat beliau dalam berpolitik. Satu “ilmu” dalam berhubungan dengan manusia dalam membangun peradaban yang saya anggap paling tinggi adalah bagaimana merangkul kekuatan lawan dan rela melepaskan kekuatan pengikut jika dikarenakan berbeda visi.

Itulah mengapa dalam debat Capres kedua semalam, kita menyaksikan Prabowo yang gak berubah dari puluhan tahun lalu. Ia sama sekali tidak ingin diadu dan dikonflikkan walau dengan seseorang yang dulu ia angkat lalu kemudian berhadapan kedua kalinya dengan beliau. Ia bisa menahan diri dari soal-soal pribadi atau bahkan kepentingan kelompoknya.

Di tengah kerasnya demokrasi one man one vote yang merusak sendi-sendi bangsa, adanya Prabowo Subianto di tengah-tengah kita memberikan udara segar dalam polusi dan distorsi politik praktis menuju politik adiluhung dan politik kebangsaan negeri ini. Kita bersyukur, Tuhan memberikan perilaku yang layak kita teladani dari beliau, terlepas dari kelemahan-kelemahan yang ada pada dirinya.

Do’a saya masih sama kepada Pak Prabowo, jika memang jabatan Presiden 2019-2024 ini baik bagi dirinya dan bangsa ini, saya berdo’a agar kali ini Tuhan mau mengabulkan do’a banyak orang memimpikan kualitas kepemimpinan seorang Prabowo. Tetapi jika Tuhan yang Maha Tahu dan Maha Berkehendak mengetahui hal ini buruk bagi dirinya dan bangsa ini, maka kita harus ikhlas agar beliau tetap menjadi guru bangsa dan teladan kita semua.

Jakarta, 18 Februari 2019

 

Muhammad Sirod
Seorang pengikut yang terus menerus belajar menjadi pemimpin.