Modal itu ada bermacam-macam: skillset, jaringan dan uang. Uang adalah hal yang paling pokok dan sangat penting dalam bisnis, karena dengan uang kita bisa membeli barang/jasa, membayar beragam tagihan dan gaji karyawan. Dalam setiap bisnis kita mengharapkan ada selisih uang masuk dan keluar yang kita sebut profit atau keuntungan kotor.
Di awal-awal saya berbisnis, saya mendapatkan bantuan pinjaman lunak dari keluarga dekat: istri, adik, adik ipar, mertua dan ibu. Meminjam dari keluarga terdekat lebih mudah, tanpa beban bunga atau margin dan pelunasannya sangat fleksibel tergantung kesepakatan dan kepercayaan mereka pada kita. Semakin dipercaya anda di keluarga Anda, semakin mudah anda mendapatkan pinjaman dari mereka.
Pinjaman dari keluarga dekat ini tentu saja umumnya jumlahnya tidak banyak, untuk itu bisa kita gunakan sebagai pinjaman modal kerja dalam transaksi bisnis yang siklusnya pendek. Misalnya membeli barang yang sudah pasti ada pembelinya dalam sekian volume dan waktu tertentu. Jika punya kerabat yang berada, tentu itu menjadi anugerah dari Tuhan yang dapat “dimanfaatkan” dengan baik. Fase membangun kepercayaan bisnis dimulai dari sini.
Besaran pinjaman yang saya alami ketika memulai bisnis adalah di bawah sepuluh juta, puluhan juta sampai ratusan juta dengan lama pinjaman dari satu hingga 3 bulan. Umumnya lancar, tetapi ada saja transaksi yang tidak tepat waktu sehingga molor saat pelunasannya. Di sini dibutuhkan skill untuk menekan pembeli untuk melunasi lebih cepat, meyakinkan kerabat yang dipinjam uangnya untuk bersabar dan segala tindakan untuk memperlancar transaksi tersebut. Kerabat yang kita kenal memudahkan kita berkomunikasi sehingga diharapkan kita fokus pada hal-hal lain, tetapi ini adalah level paling mendasar dalam membangun kepercayaan bisnis anda ke depan.
Jika anda pernah bekerja sebelum berbisnis dan dipercaya sebuah bank untuk mendapatkan kartu kredit, maka kartu kredit adalah salah satu cara mendapatkan kredit dengan mudah. Beberapa bank biasanya memberikan personal loan berbasis limit kartu kredit yang kita punya. Saya pernah menggunakan pinjaman personal loan ini sebesar 30 juta untuk transaksi jual beli sebagai tambahan modal. Dengan rate bunga 1,25% per tahun dan meminjam dalam setahun, bunga kartu kredit cukup besar tetapi dengan margin di angka 30% ke atas, hal ini masih layak dijalankan. Kartu kredit tergolong “bad debth” sehingga kalau tidak terpaksa lebih baik dihindari karena bunganya sangat besar, dan fitur-fitur konsumtif-nya akan membuat anda terlena sehingga menggangu mindset bisnis.
Berikutnya adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Lembaga Pengelola Dana Bergulir. Alhamdulillah sebagai pengusaha kecil menengah saya pernah dipercaya untuk mendapatkan kredit KUR sebesar 150 juta rupiah dengan jaminan BPKB mobil saya. Mobil ini saya dapatkan ketika saya bekerja di perusahaan terakhir saya berkarir sebelum memutuskan berbisnis di perusahaan saya sendiri. Saat ini saya juga sedang mengajukan kredit 250 juta rupiah dengan agunan rumah yang saya tinggali. Resiko? tentu saja, dibutuhkan perhitungan yang matang dan diskusi intens dengan istri untuk menjalankan keputusan ini. Jatah KUR seumur hidup untuk satu warga negara adalah 500 juta rupiah, artinya jika saya ajukan lagi KUR ke-3 atas nama pribadi, maka jatah saya tersisa tinggal 100 juta rupiah dari 500 juta plafon yang disediakan pemerintah. Sementara kredit dari LPDB setahu saya bisa sampai 10 milyard, saya belum pada tahapan ke sana, insyaallah dengan berkembangnya bisnis nanti, saya akan mengambil fasilitas tersebut.
Berikutnya adalah layanan dari Platform Fintech dari Crowdfunding atau lembaga pinjaman syariah non-bank. Saya pernah meminjam sebesar 1,5 milyard dari sebuah perusahaan fintech berbasis di Singapura dan 500 juta dari sebuah perusahaan investasi yang dikelola sebuah masjid besar di Jakarta. Keduanya untuk membantu modal untuk pembelian barang dari sebuah proyek yang kami menangkan beberapa waktu lalu. Margin yang harus anda sisihkan sekitar 5% dari uang yang anda pinjam, cukup besar memang, tetapi itu adalah jalan paling masuk akal ketika anda butuh modal cepat tanpa agunan dalam jumlah yang cukup sementara anda belum bankable.
Fasilitas kredit berikutnya adalah kredit komersial perbankan. Tidak banyak yang saya tahu dari kredit komersial perbankan, karena sampai saat ini saya belum mengambil fasilitas ini. Dari cerita seorang kawan di HIPMI, ada yang disebut Kredit Modal Kerja, contohnya misalnya kita pinjam 1 milyard dalam 1 tahun buku perusahaan, setiap bulan kita wajib membayar bunganya (sekitar 12%) dan di akhir tahun kita melunasinya dengan membayar pokok 1 milyard plus bunga bulan ke-12. Mungkin setelah jatah LPDB saya habis, dan ada tawaran menarik dari Bank, saya akan tertarik mempertimbangkan fitur-fitur pinjaman komersial ini.
Thanks Kang Sir 👍
sami2 Bang Aco..
Mantul Kang Sirod 🙏
sama2 Kang, semoga bermanfaat