Sepertinya postur industri penerbangan kita menjadi duo poli sekarang ini. Ada dua grup besar maskapai setelah Garuda membeli Sriwijaya Air, artinya Garuda group punya 3 brand: Garuda Indonesia (full service), Citi Link (low cost carrier) dan Sriwijaya Air (Medium service). Sementara satunya lagi Lion memiliki Lion Air (Low cost carrier) dan Batik Air (Full service). Garuda dan Lion keduanya memiliki layanan penerbagan komersial domestik dan internasional, bedanya Garuda lebih dulu eksis dibanding Lion.

Momen duo poli ini memang diprediksi banyak pihak akan terjadi pada industri penerbangan komersial tanah air pasca kecelakaan pesawat Lion Air 610 di Pangkal Pinang 29 Oktober 2018 lalu. Secara bisnis, memang jika persaingan lebih sedikit apalagi hanya tinggal 2 grup besar saja tersisa di market maka dinamika pertarungan pasar akan lebih mudah. Cost untuk marketing menjadi lebih murah dan ujung-ujungnya diharapkan dapat menekan cost lain-lain sehingga bisa dikonversi ke memaksimalkan layanan ke pelanggan, benarkah?

Duopoli sebenarnya marak terjadi di dunia bisnis, di dunia peternakan ayam misalnya, dikenal grup Japfaa dan Charoen Pokphand, keduanya menguasa industri peternakan ayam dari hulu ke hilir mulai dari Day Old Chicks, slaughter house sampai pada pakannya. Sehingga industri ini relatif stabil, efisien dan tidak terjadi pertarungan harga yang merusak margin kedua pemain ini.

Di dunia beverages, pertarungan klasik antara Coca-cola dan Pepsi sering ditulis dalam buku-buku teori marketing, di Industri pertelevisian persaingan dari menjamurnya banyak stasiun televisi swasta pada akhirnya mengerucut pada beberapa pemain besar setelah pengelola siaran TV menyadari betapa sulitnya mendongkrak pendapatan iklan di TV. Kita tahu RCTI sebelum besar seperti sekarang telah membeli Global TV dan TPI, mereka juga bermain di TV Kabel: Indovision. SCTV membeli Indosiar, Trans membeli KompasTV, TVOne dibeli grup Bakrie yg asalnya Lativi, kemudian mereka juga membeli ANTV. Praktis permainan menjadi lebih ringkas, walau industri ini sangat tought terbukti dengan gulung tikarnya NET TV yang baru-baru ini kita dengar kabarnya.

Alries berkata bahwa jika kita memiliki brand, either menjadi nomor 1 atau setidaknya nomor 2 di market, karena sisanya tidak akan diingat customer/pelanggan. Maka biasanya strategi membangun brand adalah menjadi juaranya atau menjadi penantang terkuatnya, Alries mengilustrasikan sampai detil pada visual identity (brand) yang digunakan. Misalnya ketika Coca cola menggunakan logo merah, maka Pepsi menggunakan logo biru, walau warna Cola itu cenderung merah, tetapi segmen terbesar yg tidak terserap oleh market akan diambil oleh Pepsi, dan Pepsi lebih mudah mengambil sisa market tersebut. Jika anda perhatikan, saya mendesain logo ARUS juga berwarna merah menyala dikarenakan semua pemain water treatment cenderung menggunakan warna biru.

Bersambung…