Mencermati artinya mengamati secara cermat, itu pemahaman saya, bukan meng-ghibahi atau me-nyinyiri, terlepas dari kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan pasti akan ada, namanya juga yang membuat dan membangun manusia biasa. Tulisan ini hendak mencoba berandai-andai bila saya berada dalam tim kotak-katik formulasi struktur BPP HIPMI yang baru yang akan dilantik senin sore 20 Februari 2023 di Kempinski nanti.
Sebagai anggota HIPMI yang “dianggap” anak baru oleh para senior, saya ingin mencoba meresapi dan menganalisa bagaimana formulasi ini dibangun untuk menghadapi tahun-tahun berat ekonomi global 2023 dan “ketat”-nya tahun politik 2024 kelak. Rupanya, “keras”nya pertarungan masuk ke dalam kepengurusan juga turut saya rasakan, walau saya sendiri tidak termasuk mereka yang mendaftar karena persoalan usia, wis tua brow!
Tapi benar kana TumBro Afifuddin Suhaeli Kalla, “Mas Sirod, justru yang begini-begini ini yang bikin kita semangat dan muda terus” beliau menjawab teguran saya saat saya bertanya, “ngapain sih bisnis udah gede, mau rikuh lihat anak-anak berkontestasi” saya menelisik kepo.
Mungkin itulah ketika beberapa senior masih betah ber-HIPMI ria, meluangkan waktu di tengah-tengah kesibukan mereka untuk mengamati, mencermati dan merasakan dinamika munas karena mereka seperti melonjak energi dan hormon testosteron mereka hanya dengan mendekati adik-adiknya “bertarung” beradu visi demi kemajuan organisasi ini yang sedikit banyak telah melahirkan kader-kader terbaik, baik yang terlihat, dijunjung dan dipuja atau bahkan mereka yang menjadi penyeimbang ekosistem berada di pinggiran tanpa memberikan gangguan dan cemoohan, melainkan ikut produktif membangun bangsa ini.
BEBERAPA PERUBAHAN
Animo luar biasa besar 400-an orang pendaftar dan “melonjaknya” angka anggota baru hipmi dari tahun ke tahun, apalagi ditambah dengan “makin mentereng-“nya posisi “pengusaha” di kancah perpolitikan dan pembangunan selain tentunya profesi idaman calon menantu, membuat HIPMI di kepengurusan pusat musti bekerja keras memutar otak dan cara agar semangat rekan-rekan dan adik-adik (serta yg tua-tua kayak saya) dapat disalurkan sesuai minat dan bakat (istilah Sekjen Anggawira dalam perbincangan per telepon dengan saya.
12 ketua bidang dan 22 Banom dan lembaga profesional rencananya akan dibentuk untuk mewadahi mereka-mereka ini. Apa saja?
Bidang-bidang
1 Bidang Organisasi, Kelembagaan dan Keanggotaan
2 Bidang Keuangan dan Perbankan
3 Bidang ESDM
4 Bidang Perindustrian dan Perdagangan
5 Bidang Sinergitas BUMN, BUMD dan BUMDS
6 Bidang Maritim, Kelautan dan Perikanan
7 Bidang Pangan, Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Lingkungan Hidup
8 Bidang Pariwisata, Ekonomi Kreatif, Informasi dan Komunikasi
9 Bidang UMKM, Koperasi dan Kewirausahaan
10 Bidang Infrastruktur, Tata Ruang Properti dan Perhubungan
11 Bidang Pendidikan, Riset, Teknologi, Kesehatan, Olahraga dan Ketenagakerjaan
12 Bidang Investasi dan Kerjasama Internasional
BANOM / Lembaga Profesional BPP HIPMI 2022-2025
1 Badan Pendidikan dan Pelatihan (BADIKLAT)
2 HIPMI Peduli
3 HIPMI Transisi Energi
4 HIPMI Percepatan Investasi
5 HIPMI Syari’ah
6 HIPMI Percepatan Investasi
7 HIPMI Institute
8 HIPMI Golf Club Indonesia (HGCI)
9 Forum Dialog HIPMI
10 HIPMI Ekspor dan TKDN
11 HIPMI Heritage
12 HIPMI Womenpreneur
13 Startup Coach
14 HIPMI Legal dan Advokat
15 HIPMI Perguruan Tinggi
16 HIPMI Digital Academy
17 HIPMI Tax Center
18 HIPMI IPO Academy
19 Badan Usaha HIPMI
20 HIPMI Financial Hub
21 HIPMI Run Club (HRC)
22 HIPMI FNB Club
Salah satu tim perekrutan berkata, banom yang banyak ini kemungkinan disederhanakan karena dianggap “terlalu” banya, tapi tak mengapa, biarlah blog ini menjadi catatan sejarah bahwa tim kepengurusan sudah berusaha maksimal mewadahi animo anggota-anggotanya yang semangatnya menggebu-gebu untuk masuk ke dalam kepengurusan.
Untuk bidang-bidang, kita bisa menebak-nebak tokoh calon kandidat yang bakal/berpotensi menempati posisi tersebut “hanya” dari nama bidangnya saja karena sepengalaman saya ketika menyusun kepengurusan organisasi bisnis begini, faktor nama juga disesuaikan dengan kapasitas calon kuat/orang-nya. Ini khas lembaga bisnis, ia berjalan sesuai fikiran deduktif (formatif teoritis) dan juga induktif (berdasar realita) yang ada .
Menarik jika kita ikut mengomentari kreativitas penamaan yang menyesuaikan dengan realita yang berkembang menjadi istilah yang padu, misalnya Bidang BUMN Perhubungan yang sebelumnya di era Maming-Bagas, menjadi Bidang Sinergitas BUMN, BUMD dan BUMDS. Ini sebuah cara berfikir systemic, padu dan bukti bahwa ketika pemerintah kesulitan memadukan 3 komponen bisnis yang semuanya sebenarnya dimiliki entitas kepemerintahan, anak-anak HIPMI berhasil “mengajari” dengan istilah yang mudah dicerna berisikan harapan agar dunia bisnis baik besar (korporasi) sampai Desa musti dikelola oleh komando yang terintegrasi.
Yang menarik lainnya adalah dipisahkannya Perikanan dari unsur Pangan dan Pertanian. Cara berfikir tim formulasi hipmi ini, lagi-lagi out of the box memandang realita yang ada. Karena walaupun perikanan sebagai bagian pangan, pengelolaannya yang jauh dari ekologi manusia dianggap lebih pas dipadu-padankan dengan bidang Maritim dan Kelautan. Tinggal ditanyakan kalau perikanan air tawar gimana boss?
Bidang 8 Pariwisata, Ekonomi Kreatif, Informasi dan Komunikasi ini sangat khas, menurut saya ini disesuaikan dengan calon orang yang akan menjabat yang entah siapa. Antara KOMINFO dan PAREKRAF menurut saya ini dua bidang yang sangat jauh dan tidak ada kesesuaian sama sekali untuk dijadikan satu kementrian koordinator dalam kenegaraan, begitu logika berfikir deduktif. Tapi lagi-lagi cara berfikir induktif anak HIPMI yang konkrit, mudah dicerna dan difaham secara konteks akan kita fahami manakali nama calon ketua bidang ini nantinya kita dapatkan senin nanti.
Hilangnya kata “DESA”
Entah apa tim formulasi ini membaca buku merah putih karya Ayahanda Abdul Latief apa tidak, tetapi kementrian Desa tertinggal yang di dalamnya ada BUMDS sepertinya tidak dimasukkan. Bagaimana HIPMI “dibayangkan” oleh Ayahanda untuk ikut masuk ke desa sebagaimana kejayaan ABRI masuk DESA dan semua perangkat kemajuan jaman dulu dicita-citakan. Sampai kemudian melahirkan kebijakan nasional bahwa desa-desa dibuat mandiri seperti sekarang ini.
Mengkerdilkan peran Desa hanya dalam BUMDS adalah cara berfikir terlalu simplistis, dalam hal ini saya kurang setuju. Mustinya Kementerian Desa Tertinggal tetap ada di bidang 10 sebagai “cara HIPMI” untuk tetap berkomunikasi dengan pemerintahan kita karena anggaran kebijakan pembangunan nasional adanya justru di kementerian PDT. Kemenparekraf pun sebenarnya tidak punya anggaran khusus untuk mengembangkan desa-desa ini, termasuk desa wisata. Secara anggaran, kemenPDT-lah yang punya kuasa, terlepas lagi-lagi senior HIPMI kita Bang Sandi Uno yang justru berhasil mengangkat citra desa jadi semenarik sekarang.
Sebenarnya masih banyak yang ingin saya komentari, tapi tipis-tipis dulu lah, seperti senioren mencontohkan bagaimana berHIPMI yang baik, siapa tau ada suara-suara dari seberang saya memberikan feedback bagaimana ceritanya kok bisa sampai jadi seperti ini. Dan hey, jangan lupa ini cuma blog dari bocoran yang entah dari mana sumbernya, “sanad”-nya sih insyaallah dipercaya, tapi kan hari senin itu yang resmi, dan itupun dengar-dengan nama pengurus akan dipanggil oleh Ketum, yang artinya sampai detik-detik terakhir hal ini masih dinamis termasuk orang-orang yang akan menduduki posisi-posisi tersebut.
Semangat kepengurusan 2022-2025, salam Pengusa Pejuang, Pejuang Pengusaha!
M. Sirod
Leave A Comment