Apa yang terjadi pada reshuffle kabinet kali kedua kemarin, merupakan indikator kematangan kepemimpinan presiden Prabowo. Betapa tidak, Ia harus menunggu 8 bulan untuk membuktikan ajakan seriusnya kepada PDI perjuangan untuk ikut bergabung. Presiden konsisten mengajak semua komponen masuk ke dalam kabinet pemerintahannya, sampai rela mengeluarkan abolisi untuk Tom lembong dan amnesti untuk ribuan narapidana termasuk tersangka Hasto.

Hal ini tentu saja membuat para loyalisnya beserta koalisi besar pendukungnya selama pilpres musti ekstra bersabar menunggu gayung bersambut ajakannya itu. Buat para pendukung kampanyenya, di era Prabowo ini, jangan berharap gampang diajak bergabung, dan kegeeran untuk ikut serta, karena begitu besarnya kapal pendukung yang dibawa oleh 08 ini.

Kalau hanya sekedar pendukung lama, tapi tidak punya kemampuan teknokratis tertentu, atau tidak punya kemampuan mengorganisir perintah dan keinginan politik kebijakan, akan kesulitan berada dalam barisan utama beliau.

Tapi justru berbeda jika kau berada di seberang sana, dan menjadi simbol keutuhan bersama. Asalkan tidak membuat kekacauan seperti insiden demonstrasi makar 5-2025 kemarin, kelompokmu pasti akan diajak dan disinergikan bersama-sama. Bisik-bisik teman-teman aktivis sampai ke sudut-sudut sebuah holding room hotel di acara-acara seminar mengindikasikan, pergerakan kemarin didesain oleh sekelompok yang rakus & tamak sehingga selalu tidak puas mengangkangi negeri ini, jika bukan mereka yang berkuasa.

Pak Prabowo benar-benar menguatkan kepemimpinannya dengan melakukan pergantian pemain utamanya. Dalam strategi dan operasi bisnis, kita kenal 3 hal yang harus dihindari: Jangan salah arah, jangan salah urus dan jangan salah orang! Aktor kabinet yang dianggap tidak searah, tidak piawai mengurus pasti akan diganti. Reshuffle ini juga sepertinya garis penanda bahwa, dirinya tidak lagi berkompromi atau menunggu sekelompok kekuatan politik untuk bergabung. Delapan bulan menjadi batasan yang lebih dari cukup yang ia berikan kepada semua komponen dalam barisan yang insyaallah menjadi saksi sejarah apa yang disebut “Reformasi Jilid 2″ oleh Prof. Didin S. Damanhuri.

Sesungguhnya Indonesia tidak kekurangan talen dan aktor penggerak, hanya karena tidak ikutnya 1 atau 2 golongan dalam kekuasaan Prabowo. Kalau tidak berkenan, ya sudah, ora patheken!

Satu musuh terlalu banyak seribu kawan terlalu sedikit! Konsep kepemimpinan dari budaya Tiongkok ini acap kali diucapkan oleh Prabowo Subianto semenjak masa mudanya. Saya akrab sekali mendengar, memahami dan menyimak ucapan ini berkali-kali dari tulisan bahkan orasinya langsung. Semboyan tsb sebenarnya punya kesamaan makna dengan semangat kebersamaan bangsa ini. Karena sesungguhnya DNA bangsa kita adalah: Bhinneka Tunggal Ika dan gotong royong. Kedua semboyan ini benar-benar merasuk ke dalam buah pikiran dan sepak terjang kepemimpinan Pak Prabowo di manapun dia diberikan ruang untuk memimpin.

DIGANTINYA SRI MULYANI

Banyak orang bilang bahwa Bu Sri Mulyani adalah orang baik yang cerdas. Beliau juga sangat mumpuni mengelola keuangan negeri ini di tengah-tengah “rongrongan” kaum politisi dan kepentingan-kepentingan parsial berbagai kelompok. Kepentingan-kepentingan ini dapat dinarasikan dari sesuatu yang tidak penting menjadi penting atau sebaliknya sesuatu yang penting malah kelihatan seolah-olah tidak penting. Sri Mulyani merawat anggaran pemerintahan kita dengan berhati-hati dan dipercaya belasan tahun menjadi bendahara negara di negeri ini. Ia tokoh yang sangat disukai market dan kekuatan keuangan global. Reaksi market yang negatif pasca dirinya diganti menunjukkan betapa para trader jangka pendek di bursa saham masih menginginkan kepemimpinannya, dan cukup khawatir dengan kepemimpinan baru.

Komentar Menteri keuangan pengganti dirinya yang gesturnya tampak over confidence menambah keriuhan publik media sosial. Cemoohan dan kritikan keras terjadi di pelbagai platform: WhatsApp group dan X.

Padahal Pak Purbaya tak kurang mentereng bobot akademiknya, dia anak dua guru besar IPB, SMA di sekolah elit di bogor, dan jebolan Teknik Elektro (arus lemah) ITB. Lima tahun setelah ia resign dari perusahaan teknologi migas Schlumberger, ia meneruskan sekolahnya ke Purdue University dengan uang tabungannya sendiri. Jangan bandingkan orang seperti ini dengan orang yang sekolah di luar negeri dengan jalan beasiswa untuk belajar ilmu-ilmu dan program studi “kreasi dunia barat” seperti: ilmu lingkungan global, kesetaraan gender dan pemahaman HAM, beda kelas!

Kita harus memberikan ruang dan kesempatan kepada menteri baru yang menggantikan menteri lama yang sangat berpengalaman itu agar Indonesia bisa memiliki gerak cepat pertumbuhan ekonomi serta inline dengan arah kebijakan presiden Prabowo. Sikap skeptis dan buruk sangka pada pejabat sebisa mungkin kita kurangi, apalagi hanya berdasar potongan-potongan video pendek yang diproduksi orang-orang kurang kerjaan.

Saya ikut menyimak beberapa senior praktisi dan ahli keuangan Pak Prabowo semasa kampanye dulu. Betapa banyak ide-ide besar bagaimana menjalankan kebendahraan negara ini sampai muncul ide-ide melakukan perubahan kelembagaan. Fakta politik berbicara lain, Bu Sri Mulyani masih dipertahankan pengumuman kabinet saat itu dan kita melihat ada sedikit indikator bahwa Prabowo tengah melakukan shifting di kementrian tsb. SMI “dikawal” oleh 3 WawenKeu, 1 orang birokrat piaway, 1 orang kepercayaan Prabowo dan 1 lagi tokoh yang mungkin dianggap punya pemahaman berbeda dengan kelompok “neo klasik” UI, ia dari UGM.

Presiden juga intervensi sampai pada jajaran Dirjen dengan memasukkan orang yang sangat dipercaya oleh Pak Prabowo di Bea Cukai dan Pajak, 2 sektor yang paling banyak disorot publik. Dan akhirnya kita saksikan sekarang ini, Pak Prabowo barulah mencopot Sri Mulyani dan menggantinya dengan orang yang dianggap punya kapasitas dan kapabilitas yang tidak jauh kalah hebatnya, hanya saja beliau memang belum berpengalaman menjadi Menteri keuangan.

ANAK BUAH LUHUT

LBP adalah salah satu tokoh elit yang dimiliki bangsa ini dan dipercaya oleh presiden-presiden sebelumnya, mulai dari Gus Dur, SBY, Jokowi dan kini Prabowo. Tak sedikit orang-orang yang dulunya berada di bawah kepemimpinan LBP direkrut kemudian di berbagai K/L pemerintahan saat ini. Kesaksian saya 1 orang yang saya kenal, sangat piawai dalam birokrasi dan sangat cekatan. Padahal itu baru level direktur saja, bayangkan seseorang seperti Pak Purbaya adalah yang levelnya adalah kepala Badan/Lembaga. Tentu kemampuannya bukan sekedar soal teknis teknokratis saja, tapi ia pasti faham dan punya kreativitas tinggi dalam membuat pelbagai keputusan strategis. Semakin tinggi satu jabatan, biasanya berkisar pada kemampuan kreatif dan kepemimpinan.

Jadi kita juga musti faham dan tidak hitam putih melihat seorang LBP. Rentang karir yang begitu panjang di ranah kebijakan publik, tentunya beliau memiliki “pasukan” dan jejaring birokrat terlatih yang memasok SDM mumpuni untuk negeri ini.

Perlahan kita menjadi saksi perubahan sejarah yang dipimpin Prabowo Subianto, saya mengatakan bahwa beliau ini punya darah biru yang sangat kuat, layaknya Bu Megawati, kematangan strategi layaknya Pak SBY dan kecepatan pengambilan keputusan dan komitmen dengan keputusannya itu mirip Pak Jokowi.

Keunggulan-keunggulan kepemimpinan yang melekat pada seorang Prabowo Subianto, mustinya membuat kita cukup yakin pada arah dan nasib bangsa ini ke depan.

Bila Xi Jinping saja menempatkan Prabowo sangat terhormat dengan berpose berdekatan dengan dirinya saat Victory Day di Beijing selayaknya pemimpin kuat Putin dan Kim Jong Il, maka agak anah kita rakyatnya yang tentunya tak punya data dan analisa selengkap Xi, justru menjadi pesimis dan kurang yakin. Agak laen memang rakyat konoha ini.

msr | Sept 12, 2025