Ini memang gak biasa, seorang teman mengkritik saya kalau berani menulis soal ini. “Bro, di HIPMI gak ada kebiasaan begini, daripada ribet mending jangan disajikan begitu” ada telpon dari seberang sana. Sahabat saya yang selalu saya simak pikiran-pikiran dia.

Penampilan prima para caketum: Akbar, Bagas, Anggawira

Berbeda dengannya yang belasan mungkin puluhan tahun ber-HIPMI sejak belia, saya belumlah lama ber-HIPMI. Ketika saya sedang senang-senangnya mengikuti organisasi hebat ini, usia sudah melewati 41, sial!

Tapi patut saya syukuri dan nikmati, jangan-jangan karena saat saya mendaftar di usia 36-an dulu, diwawancara oleh seseorang bernama Ajib Hamdani, saya gak akan se-pragmatis dan se-cair ini. Terlalu idealis, gak faham realita dan baperan. Di HIPMI kekurangan-kekurangan ini sedikit banyak bisa dikikis karena dalam bisnis kita musti tetap lentur, tetap realistis sambil menjunjung asas idealisme dan gak boleh sampai dibawa ke hati banget. Sikap terukur musti lebih dominan dibanding sikap emosional.

Lalu mengapa cover tulisan ini adalah usher yang membantu kami di perhelatan debat terbuka di Pekanbaru kemarin, bukan foto-foto caketum? ah ini suka-suka saya dong hahaha.. Saya ingin memberikan penghargaan pada Shenia dan teman-temannya karena ikut mengawal acara kemarin agar sesuai tradisi dan ukuran-ukuran HIPMI hehehe..

Kontestasi dengan spirit BERTANDING untuk BERSANDING memang terasa aura kegembiraannya

Sebelum ke penilaian ada baiknya kita saksikan 3 punch-line yang saya simak dari channel HIPMI TV yang saya tonton berulang-ulang ini. Ketiganya punya kapasitas debat di atas rata-rata saya kira.

Dialektika Akbar Buchori,

 

Ide Bagas,

 

Agitasi Angga,

 

Cuplikan di atas tidak mewakili keseluruhan penampilan Caketum, tapi bisa digambarkan bahwa ketiga orang yang maju pada kontestasi kali ini memiliki kemampuan orininalitas ide, dialektika cair dan agitasi (menyerang) yang terukur ciri khas HIPMI.

Jika dibuat 10 saja indikator sederhana, pun indikator ini apa yang terlintas di benak saya. Maka didapat tabel sebagai berikut:

Tabel penilaian pribadi saya terhadap 3 penampilan caketum pada acara Debat Caketum HIPMI 21 Oktober 2022 lalu

Mengapa hanya ada angka 8 dan 9? tidak 10? ya karena kalau 10 artinya saya menjilat berlebihan pada ketiganya, saya kira HIPMI adalah kumpulan pengusaha, bukan organisasi kepemudaan biasa, kemampuan debat di percaketuman HIPMI ini bukan hal utama pula. Toh yang menentukan adalah suara voters BPD-BPD yang menjadi pemilik sah HIPMI ini.

Angka 10 terasa arogan, walaupun sebenarnya beberapa hal terlihat sempurna. Jika saya berdiri di atas panggung malam itu, saya yakin sulit memiliki kepercayaan diri, penampilan prima dan daya tahan fisik (endurance) yang luar biasa. Pun, saya tidak melihat ada kelemahan yang kritis pada ketiganya, untuk itu dari skala 1 sampai 10, cuma dua angka itu yang keluar.

Ini teknik Heuristik, mencoba meng-kuantitatif-kan sesuatu yang sebenarnya kualitatif. Alih-alih menggunakan statistik yang menyamaratakan, dan butuh survey ke voters, saya mencoba memberanikan diri menilai dari diri saya se-objektif mungkin.

PILIHAN KATA, diksi atau pilihan kata ini susah-susah gampang. Antara menggunakan EYD (ejaan yang disempurnakan), bahasa gaul dan mudah dimengerti atau bahasa dan istilah yang trend di media. Setiap caketum punya kosakata dengan keunikan sendiri. Tapi saya mengatakan caketum Anggawira yang punya kelebihan di sini. Ada beragam istilah yang kurang populer di HIPMI, tapi beliau telah membawanya ke dalam forum.

KETEPATAN WAKTU BERBICARA.  Dua caketum, Akbar dan Bagas lebih taat waktu dan tidak banyak terganggu oleh moderator debat yang sangat rigid pada waktu dan suasana debat. Moderator ini saya patut acungi jempol, karena telah melaksanakan tugas dengan sangat disiplin, sehingga setiap peserta debat benar-benar mendapatkan alokasi waktu yang fair. Keberanian moderator menenangkan situasi ruangan juga sangat membantu para caketum untuk fokus pada materi dan ide-ide yang ingin disampaikannya.

ORISINALITAS ARGUMEN. Genuine, asli tidak pernah didapatkan di forum lain atau hal-hal baru yang muncul dari ide dan gagasan, atau keajegan sikap. Saya melihat Bagas dan Angga punya kemampuan mendekati sempurna. Ide “Model Daerah Syari’ah” yang sejalan dengan kebijakan negara, disajikan Bagas, begitu pula kemampuan untuk konsisten pada ide disiplin pengkaderan yang disampaikan Angga pada sesi saling tanya caketum, juga menunjukkan tingkat kepercayaan diri beliau untuk memperbaiki sistem seleksi anggota BPP HIPMI sehingga benar-benar melalui proses pengkaderan yang mumpuni.

PEMAPARAN VISI MISI. Ini hebat sih, hampir semua caketum ingat pada visi misi dan janji politiknya. Mereka konsisten mengutip dan mengulang-ulang apa-apa yang akan mereka tawarkan pada saat mereka memimpin nanti.

KEMAMPUAN MENJUAL. Jual diri dan Jual ide, adalah skillset wajib yang dimiliki seorang pengusaha, salesmanship istilahnya. Ketiganya punya modal yang sangat baik dalam menjual ide, gagasan dan dirinya agar dipilih. Ini beauty contest, dan nanti ketika menjabat kita harapkan mereka mampu “menjual” HIPMI dan segala “keagungannya” untuk sebesar-besarnya maslahan untuk bangsa ini.

KEPERCAYAAN DIRI. Ini gak usah dibahas, barangkali inilah modal terbesar dari ketiga caketum, sampai akhirnya mereka ada di kursi panas dan posisi yang paling dituntut untuk bertanggung jawab untuk ribuan anggota HIPMI di seluruh negeri ini.

KERUNTUTAN KALIMAT. Nah, kita musti belajar pada Akbar dan Bagas, cara ngomong di atas podium beda boss dengan ngobrol di klub atau chit-chat di cafe. Anggawira juga runtut secara umum, tapi yang mendekati sempurna menurut saya ya caketum 01 dan 02. Saya musti belajar pada keduanya. Keruntutan kalimat ketika berbicara memudahkan orang lain memahami kita secara utuh.

KETENANGAN. Secara selera pribadi sebenarnya saya tidak suka juga yang terlalu datar, adem ayem. Saya suka yang meledak-ledak, tapi bicara yang tenang ini menggambarkan kestabilan emosi dan kemapanan. Ketiga caketum secara emosi stabil dan sudah mapan, tapi saya harus objektif bahwa Akbar dan Bagas hampir mendekati sempurna tidak terlalu larut dalam suasana debat yang panas, ditonton jutaan orang di HIPMI TV , di-potong-potong oleh moderator dan dibuat bising oleh audiens di ballroom. Hadoooh, kalau gue sih sudah emosional pastinya.

BUDAYA TUTUR. Saya termasuk yang lebih suka CityLink dari semua maskapai, selain harganya cocok, layanannya OK, juga ada pantun-nya, sebagai penghoby puisi, pantun dan sastra, saya harus mengacungi Anggawira dan tim-nya yang rajin memproduksi produk khazanah budaya kita ini. Bikin pantun gak sulit kok, gitu-gitu aja. Kita harus kembangkan kultur berkata-kata dengan seni ini agar semakin naik peradaban kita.

TEKNIK DEBATING. Sebagai penyuka debating sejak SMA, rajin menjadi moderator diskusi dari mulai problem teknis seperti water treatment, sosial sampai topik kebijakan politik, saya mempelajari seorang debater handal musti punya segudang argumen berikut landasan berfikirnya. Debat alah perkara olah pikir disampaikan lisan dengan motif mengajak pendengar/penyimak untuk setuju dengannya. Tentu tidak bisa disamakan dengan ukuran-ukuran bangsa luar sana, musti ada tatakrama dan ciri khas kebangsaan. Untuk itu saya musti acungi jempol kepada Akbar dan Angga yang punya ciri khas, kelenturan dan bahkan kalimat agitatif yang menghangatkan suasana. Tentu caketum Bagas juga di atas rata-rata anak HIPMI, tetapi dua yang lainnya menurut saya benar-benar membuat saya sadar diri bahwa di atas langit masih ada langit.

Demikian penilaian singkat saya soal debat kemarin yang diposting Sdr. Anthony Leong sahabat saya yang saya sudah kenal sebelum ber-HIPMI. Semoga catatan di atas dapat menjadi hiburan buat pembaca semua. Ya, hiburan karena saya menulis untuk menghibur dan mengapresiasi kerja teman-teman timses dan tentunya effort Caketum. Uang milyaran yang disubmit caketum tidak boleh sia-sia, tidak boleh semena-mena digunakan oleh kami, panitia. Dan tulisan ini anggaplah sebagai kerja lebih saya untuk ikut membesarkan nama HIPMI dengan cara sederhana.

Tabik!