Materi saya kali ini mengenai The Center of Attention. Apa sih Center of Attention itu atau Pusat Perhatian itu? Saya kira itu terjemahannya mohon dikoreksi jika keliru, my English is not so good, masih di materi-materi yang diajarkan oleh Dan Lok seorang pebisnis yang memulai bisnisnya dari copywritter profesional itu lalu menjelma menjadi konsultan bisnis yang cukup mahal di Kanada, Ted Ex Speaker, penulis buku best seller dan terkenal pula. Artinya dia sudah melakukan capaian luar biasa di industri yang ia tekuni. Makanya saya mencoba mempelajari dan mengikuti langkah-langkah bisnis yang ia ajarkan.
Jadi sebenarnya teori bisnis hanya itu-itu saja dan banyak yang mengajarkan, tetapi kadang kita malas mengambil pelajaran dari seseorang karena kita merasa belum proven dalam benak kita atau semata memang luput dari perhatian kita atau yang lebih parah, kita terlalu sombong mengakui kehebatan seseorang. Mengapa saya mau mempelajari Dan Lok karena dia sukses (dengan parameter karya dan rekaman video yang dia sampaikan dan saya tonton secara teliti).
Seseorang dianggap sukses karena kesepakatan dari sebuah komunitas publik terhadap seseorang atau perusahaan. Dan Lok memasuki pertarungan global dalam hal pengaruh pada hal-hal yang dia dan tim-nya kuasai: marketing, mindset, branding dan entrepreneurial scale-up.
Nah dalam era Extroverted World seperti sekarang ini dimana tampil dan terlihat (visual) itu menjadi daya ukur dan daya tular sebuah pengaruh, maka menjadi pusat perhatian adalah salah satu cara untuk eksis, karena sebuah artikel di Huffington Post bilang bahwa: attention is a new currency.
Media sosial yang jauh lebih dipakai dan dikenal untuk komunikasi itu ya yang awalnya mengandalkan visual seperti facebook, whatsapp, instagram. Voicenote, audio dan video kemudian tumbuh setelah medsos visual tumbuh. Soundcloud, Spotify, Jook dan iTunes lebih banyak digunakan menggantikan pemutar musik dari era Walkman, WinAmp dan Napster.
Faktanya ketika orang membangun brand menggunakan identity, lebih banyak yang fokus menggunakan visual identity: logo, kartu nama, website, kop surat sebagai identitas brand, meskipun menurut Pak Bi – Subiakto masih ada sound identity, smell identity, taste identity dan touch identity. Sekarang faham kan kalau ada kartu nama yang di-emboss sehingga bisa juga dirasakan oleh kulit kita karena ada sebagian yang timbul, gak semata-mata indah dipandang.
Dari tiga kemampuan manusia mengolah informasi: Visual, Auditory, Kinesthetic, media sosial memacu dan memicu perkembangan dunia yang lebih ke arah Visual. Pada industri games misalnya, perangkat kontrol interaktif yang membutuhkan gerak penggunanya masih lambat berkembang dibanding teknologi Virtual Reality yang memanjakan mata terlebih dahulu. Kombinasi ketiganya memang menjadi menarik kita amati pada Games Pokemen GO misalnya.
Nah yang dimaksud dengan “Center of Attention” atau menjadi pusat perhatian dalam tulisan ini adalah bagaimana kita menjadikan diri kita atau bisnis kita atau brand yang kita bangun mendapat perhatian dari crowd, komunitas atau target market kita, karena attention itu sendiri sekarang ini semakin sulit didapatkan. Anda musti dikenal dulu untuk dapat lanjut pada transaksi bisnis. Cara-cara SPAM dan bombardir informasi tidak akan efektif karena semua media sosial menjadi semakin “human center technology” dan memanjakan penggunanya.
Dapat difahami mengapa misalnya Dan Lok membuat ribuan video bisnis berkualitas yang digratiskan olehnya. Konten-konten bermutu itu dapat kita nikmati dari Youtube, InstaMovie, Spotify, iTunes dan Facebook.
Awalnya saya bingung mengapa seorang Dan Lok mau membagi konten-konten berharganya tersebut yang ia buat secara profesional dengan tidak berbayar, padahal ada banyak coach bisnis yang menjual dan menarik tarif konten-konten seperti itu. Ternyata tujuannya tak lain selain membangun impact adalah menjadi pusat perhatian dunia.
Nah ketika dia sudah menjadi center of attention maka dia bisa melakukan bisnis, mungkin dari 1 juta lebih subscribers dan jutaan viewer videonya itu hanya sekian persen saja yang kemudian menghasilkan revenue dan menjadi bagian kerajaan bisnis Dan Lok. Ia menyadari itu hal itu dan ia jelaskan logika bisnisnya dalam video-videonya.
Dan Lok sendiri menjalakan prinsip KiSS (Keep it Simple Stupid). Ia memfokuskan layanan berbayarnya pada orang yang mau membayar mahal untuk menjadi partner bisnis, konsultan atau guru bisnis.
Pada kasus bisnis yang saya geluti di ARUS. Saya membagi-baginya dalam 3 bagian grup / divisi bisnis. Yaitu 1) Arus Filter untuk rumah menengah yang sifat produknya fix engineering design, 2) Arus Water Engineering yaitu divisi bisnis pengolahan air bersih dan air limbah yang sifatnya B2B, nilainya cukup besar dan juga memakan waktu cukup panjang, sifatnya project karena setiap layanan bersifat customized, dan terakhir 3) Trading Mekanikal & Elektrikal terutama katup air di proyek-proyek air perpipaan.
Seringkali dalam bisnis, kita butuh untuk tampil / “show up” agar kita dilihat dan dikenal, sebagai contoh misalnya baru-baru ini saya baru saja selesai mengikuti sebuah seminar tentang lingkungan di Kementrian Lingkungan Hidup & Kehutanan. Di situ banyak penggiat lingkungan hidup termasuk diantaranya teman-teman di Asosiasi, birokrat, Pemda, BUMN dan BUMD bahkan teman-teman dari swasta. Biasanya suatu seminar itu ada pembicara dan menjadi pembicara itu tidak mudah. Contoh di acara ini ada Pak Dwi Handaya beliau ketua umum Asosiasi kami, saya sendiri adalah salah satu ketua di satu cluster industri IdWA. Dengan menjadi pembicara, artinya ada satu spot khusus untuk beliau berbicara kepakarannya dibidang penanganan air, sehingga beliau punya kesempatan mempromosikan dirinya, serta bisnis yang beliau geluti. Dengan menjadi pembicara di depan publik, beliau punya privilege untuk mempromosikan dirinya secara efektif dan berkelas. Inilah salah satu wujud dari the center of attention.
Dalam sesi pertanyaan, saya tidak menyia-nyiakannya. Pertanyaan yang saya ajukan cukup membuat attention orang untuk datang kepada saya meminta no handphone saya dan kartu nama saya. Jadi saya memperkenalkan diri sebagai seorang anggota asosiasi air, saya menanggapi positif menggunakan bahasa persuasi pada semua pembicara, memberikan penghargaan pada mereka karena telah memberikan inspirasi dan ilmu kepada saya, lalu saya bercerita pendapat dan pengetahuan yang saya bisa yang bisa ditindaklanjuti oleh para pembicara dan hadirin dalam acara tersebut.
Saya mengulas isi dari konten materi yang pembicara sampaikan, menunjukkan saya memperhatikan dan menaruh perhatian pada materi yang mereka sampaikan. Itu penting, jika kita mau menjadi Center of Attention maka harus dimulai dengan menjadi pendengar dan pemirsa yang baik terlebih dahulu.
Setelah selesai satu sesi bertanya itu, langsung ditanggapi oleh ibu mederator dari LHK tadi, senang sekali bahwa event ini menjadi conection antar beberapa pihak. Ia berkomentar positif terhadap beberapa hal yang saya ajukan karena pertanyaan saya men-challenge institusi ini.
“..Yuk kita berbuat untuk sesuatu yang real dimasyarakat kami siap membantu dari asosiasi, teknologinya gampang tapi kita butuh sesuatu sinergi untuk membuat sesuatu perubahan-perubahan, kami siap membuka konsultasi gratis!” saya berujar dalam acara tersebutdan itu membuat mereka bersemangat mendatangi saya. Ada 4 orang, tak kurang 2 LSM meminta kartu nama saya, satu lagi dari JAKPRO, satu lagi dari KRL Comuter, satu lagi Masjid Salman juga minta kartu nama. Saat bertemu saya mention beberapa nama dan cerita, misalnya di Masjid Salman saya kenal sahabat saya di Pesantren dulu yang mengelola Salman, yang ternyata dikenal orang tersebut, sehingga lebih mencairkan obrolan. Begitu pula dengan pembicara dari KRL Commuter saya bercerita bahwa saya adalah cucu seorang Kepala Stasiun (KS) kereta api, tak lupa juga menyebut nama paman saya yang baru saja pensiun di Daerah Operasional (DAOP) 2 Bandung. Informasi-informasi ini sangat membantu dalam membuka percakapan dan menambah keakraban di awal-awal kami berkenalan, atensi di dapat selanjutnya akan mudah untuk membuka peluang-peluang bisnis.
Satu orang lagi dari Djarum Foundation, saya bercerita tentang peluang CSR di bidang pengadaan air bersih dan sarana sanitasi. Kami langsung terhubung via whatsapp dan berjanji untuk bertemu kemudian. Singatnya, saya dapat sekitar 5 kartu nama. Dari sebuah pertanyaan berkualitas, bermakna dilanjut oleh komunikasi persuasif maka kemungkinan deal business semakin terbuka.
Jadi Center of Attention itu penting dalam memanfaatkan waktu terbatas untuk kita muncul/tampil, berbicara walau dalam sesi bertanya yang sifatnya menguatkan materi pembicara dan menambah/memperkuat keseluruhan materi. Ingat bahwa dalam bertanya itu tujuannya kita adalah menarik perhatian positif orang yang hadir, bukan menunjukkan kita sebagai hero (orang hebat, orang sukses), bukan menjadi korektor bagi presentasi, bukan jadi pengkritik tetapi untuk mengkolaborasi sebuah pekerjaan atau impact yang related dengan yang dibicarakan dalam forum tersebut.
Niatkan waktu berbicara kita yang singkat itu untuk tujuan-tujuan yang besar yang bermanfaat untuk orang banyak bahkan negara / bangsa. Lebih mengena lagi jika yang kita bawa adalah lembaga nir-laba seperti asosiasi dan komunitas. Akan memudahkan orang lain tertarik untuk menyimak cerita kita.
Insyaallah dari effort yang kita tampilkan walau sederhana, bisnis akan datang karena kita sudah melakukan satu tindakan dalam hukum berbisnis: memberi value pada lingkungan kita berada, uang dan kesempatan akan datang dan kita tinggal kelola jika kesempatan itu datang dengan sebaik-baiknya.
Disadur ulang dari Telegroup Klub Buku dan Manajemen Bisnis
Leave A Comment