Sering kita menemui sebuah perkumpulan bisnis atau sebuah kolaborasi bisnis yang diawali oleh pertemanan atau persahabatan. Misalnya setelah bertemu di reuni alumni sekolah tertentu kemudian terjadilah kolaborasi joint venture atau kerjasama bisnis. Orang-orang ini sebelumnya memang sangat akrab dalam hal-hal non-bisnis, punya masa lalu yang sama atau melakukan hobi yang sama. Jadi bisnis dibuat karena ada keterikatan emosional di antara mereka.

Perlu dipahami bahwa bisnis itu terjadi karena kebutuhan sehingga terbentuklah pasar atau market. Ada value atau servis yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan, bisa berupa barang, jasa, sistem yang menyelesaikan suatu masalah atau ada value/nilai yang diperoleh setelah konsumen membeli produk yang ditawarkan. Jadi bisnis itu terbentuk karena adanya kebutuhan atau keinginan dari konsumen, bukan karena gabungan dua atau lebih orang yang saling dekat satu sama lain kemudian menciptakan barang/jasa. Orang-orang yang berdekatan mungkin tidak canggung dalam melakukan komunikasi tapi apakah efektif dalam melakukan serangkaian aksi / manajemen sehingga memberikan value ke market?

Jadi sangat berbeda antara orang yang berbisnis karena pertemanan dengan orang yang berteman dan berinteraksi karena bisnis.  Kata JOHN D. ROCKEFELLER :  “A friendship founded on business is better than a business founded on friendship.”

Yang menarik adalah melihat bentuk bisnis konglomerasi di Indonesia yang umumnya dibentuk dari perusahaan keluarga.  Kalau kita teliti lebih jauh, tidak semua orang dalam anggota keluarga konglomerat tersebut dipercaya untuk memegang jabatan atau fungsi strategis. Bahkan, ada yang harus melalui tahapan karir berliku dulu di perusahaan lain yang tak terkait dengan perusahaan keluarganya.

Kesimpulannya buat saya adalah, dalam kolaborasi bisnis, lebih baik memilih orang-orang yang punya satu visi dan punya value yang memperkuat masing-masing untuk menghasilkan layanan/produk yang lebih baik ke market daripada membuat bisnis hanya karena persoalan pertemanan atau kedekatan saja. Jika seseorang itu punya latar belakang agama, kebangsaan atau suku daerah yang berbeda, tetapi mereka punya business ethic dan reputasi yang saya anggap bagus, maka saya akan berkolaborasi dengan mereka. Hal ini akan memperkuat jejaring dan kemampuan atau skala bisnis kita ke depan karena dibentuk sesuai kebutuhan bisnis.