Kontestasi Pilpres 2019 pada 17 April ini telah menarik anak-anak muda berkualitas bertarung mempertahankan keyakinannya. Mereka bukanlah kelompok buzzer dan massa bayaran yang saban hari memenuhi ruang-ruang diskusi maya dengan pesan-pesan terusan yang ia sendiri mungkin tidak mengerti. Mereka umumnya memiliki bisnis yang mapan, berasal dari keluarga terpandang dan menariknya bukan politisi.

Anak-anak muda ini kerap menghasilkan karya-karya konstruktif pada bidang yang ia geluti dan membawa kebiasaan baiknya dalam dialektika perpolitikan. Mereka bisa memisahkan mana yang merupakan bagian organisasi kemasyarakatan yang bebas pesan politik praktis dan mana area-area kampanye. Bahkan mereka sangat cerdas memainkan area abu-abu di antara keduanya dengan elegan. Kita disuguhi pertarungan ide, gagasan, program dan keyakinan faktual jauh dari narasi membosankan yang dibawa aktivis-aktivis lawas yang sering berbicara kondisi ideal dan teoritis.

Adalah Afifudin Kalla, Arief Satria Kurniaagung, Reza Sumendap, Vico Taufik dan Jay Singgih adalah beberapa nama yang kerap saya saksikan mempertontonkan kegiatan-kegiatan tersebut. Mereka membuat kelompok pendukung Joko Widodo dengan konsep yang brillian dengan desain grafis dan tampilan yang sedap dinikmati di media sosial. Relawan Pengusaha Muda Nasional untuk Jokowi – Ma’fur disingkat REPNAS serta #IniKerjaku adalah sebuah kelompok pendukung yang kerap menyajikan keteladanan karya-karya pendukung Jokowi dalam konsep acara yang dikemas santai berisi sharing dan diskusi yang sifatnya pemberdayaan.

Logo #IniKerjaku

Logo REPNAS

Tak kalah dari kelompok pendukung Jokowi, saya menyaksikan juga kelompok muda serupa yang aktif menyosialisasikan program-program Prabowo Sandi kepada publik. Adalah Erik Hidayat, Anthony Leong, Mohamad Assad, Randi Wibawa, Didit Fadjra dan Agil Gozany termasuk dalam kelompok ini.

 

 

Logo Gerakan Millenial Indonesia

Aliansi Pengusaha Nasional untuk Prabowo Sandi

Maraknya gerakan politik dari anak-anak muda berdaya ini memberi angin positif bahwa demokrasi telan berjalan dengan baik di tengah isu golput dan apatisme pada perpolitikan negeri ini. Karakter pemuda yang menjadi motor penggeraknya rata-rata adalah kelompok yang mapan secara ekonomi dan telah memahami problematika kebangsaan dari sisi regulasi dan praktis karena umumnya mereka adalah praktisi dan pengusaha.

Terlepas siapa yang akan memenangkan kontestasi ini ke depan, saya melihat ada harapan besar pada kehidupan berbangsa ini untuk menjaga arah demokrasinya ke kiblat kebangsaan yang benar. Anak-ana inilah sebenarnya yang kita harapkan nanti mengisi pos-pos jabatan publik karena mereka telah terbiasa berdialektika dengan sehat. Kita tidak ingin satu hari nanti muncul lagi politisi-politisi karbitan yang tidak punya rekam jejak kepemudaan yang jelas dan kemudian menyengsarakan rakyat banyak karena kebodohannya.