Ada pengalaman yang mungkin bisa temen temen simak dan dijadikan referensi untuk memilih dan bagaimana bersikap dalam komunitas bisnis. Salah satu faktor mengapa saya mudah dalam berbisnis (mencari support, client dan me-leverage bisnis) adalah karena saya memilih ekosistem bisnis tempat saya berinteraksi saya sehari-hari. Saya turut membangun asosiasi bisnis juga.

Sebagai seorang organisatoris (hobby berorganisasi dan memiliki kenyamanan dalam mengorganisir sebuah lembaga/institusi) saya suka mengurus, memperbaiki, mengatur, meng-organize sesuatu.  Saya membuat asosiasi bisnis/praktisi/pengusaha yang ujung-ujungnya nanti bisa mensupport bisnis saya untuk lebih efisien, berdaya guna, dan lebih maksimal tanpa saya harus keluar uang banyak, karena di sana berkumpul orang-orang yang capable dan punya rekam jejak yang panjang. Asosiasi bisnis ini saya bangun, kelola, dan masuki sesuai kepentingan bisnis, dengan interaksi yang saling menguntungkan satu sama lain tentunya sesuai visi dan misi organisasi yang saya ikut bangun tersebut.

Seseorang masuk organisasi bisnis / komunitas bisnis belum tentu murni untuk mengembangkan bisnis, ini benar terjadi.  Umumnya seseorang masuk komunitas bisnis katakanlah Kadin, hipmni, Tangan di atas (TDA), atau ada yang baru itu Saudagar Nusantara umumnya memang berniat untuk mencari resourcespartner, market, atau apapun hal-hal terkait untuk memperkuat bisnis dia. Dalam proses bisnis yaitu dalam rangka memperkuat:  Man, money, material, management, miliu (kompleksitas), methode.  Ini gue banget, saya masuk organisasi bisnis memang itulah tujuan semula, maka saya akan mudah sekali keluar dari organisasi bisnis jika ada tujuan-tujuan di luar bisnis yang menggerus waktu dan konsetrasi saya.

Kalau sudah puluhan tahun berdiri, sebuah komunitas bisnis akan banyak cabang-nya di setiap daerah, sudah menjadi organisasi yang kompleks. Ada kalanya seseorang masuk ke dalamnya untuk eksistensi pribadi dan “hidup” atau cari uang di dalamnya, nah ini sudah niatan yang berbeda dan itu boleh-boleh saja. Jadi ada orang masuk ke HIPMI, HIPPI, KADIN dengan tujuan untuk hidup dan eksis di dalamnya. Mencari posisi ketua satu, ketua dua, mencari posisi ketum, mencari jabatan. Kalau sekiranya posisi seperti ketum, bendum, sekum, ketua bidang a atau bidang b itu anda ambil atau anda usahakan kuasai karena ujung-ujungnya demi kepentingan bisnis bersama, itu menjadi lebih mulia kan? Sehingga posisi itu bisa dikapitalisasi bukan hanya untuk kepentingan bisnis anda semata, tetapi juga kebaikan dan keberkahan bagi rekan-rekan anda. Tentu waktu, tenaga dan uang yang dikeluarkan oleh anda biasanya akan berkolerasi dengan penghargaan dan respek yang anda dapatkan dalam pertemanan dan bisnis yang anda lakoni.

Menjadi penting kiranya segala posisi, kewenangan tadi tidak merusak bisnis inti anda, karena bagaimanapun kita harus ingat bahwa karena bisnis pribadi kita masing-masinglah kita bisa berada dalam sebuah komunitas bisnis. Fondasi dan struktur bisnis yang kuat akan menopang komunitas kita itu, inilah yang harus disadari. Jangan sampai terlalu betah nongkrong dan ngopi-ngopi sehingga berbetah berlama-lama untuk komunitas sampai-sampai melupakan bisnis inti kita, lebih parah kita terikat hal-hal yang tidak perlu misalnya dapat selingkuhan (it happen!) dan merusak rumah tangga kita sendiri. Peluang selalu datang berbarengan dengan ancaman, be aware!

Bisnis kedua saya di bidang digital marketing dan strategic management terinspirasi oleh kawan-kawan saya di HIPMI JAYA yang banyak bergelut di industri kreatif, sementara bisnis ketiga saya di bidang water specialis agensi produk-produk bermutu buatan Amerika-Eropa juga berawal dari kenalan dengan seorang anggota HIPMI JAYA. Kecocokan dalam visi misi dan kepercayaan membuat saya direkrut oleh grup bisnis mereka untuk memajukan bisnis rintisan tersebut sehingga juga memperkuat saya sebagai pribadi ke depannya. Tiga tahun ber-HIPMI menghasilkan sesuatu yang bermanfaat untuk saya dan impact saya di market, alhamdulillah.