Usai sunmori (Sunday morning riding) barusan saya nongkrong sebentar sambil ngopi, ngerokok terus ke klub badminton terdekat di sekitar ISTN Jagakarsa. Mencoba menghibur diri dengan jalan jalan sebentar lalu kemudian pulang ke rumah. Sambil on the way ke sekolah anak saya, saya ingin berbagi sedikit perspektif soal modal atau kapital dalam bisnis.

Yang saya maksud modal dan capital bukan segalanya itu karena dalam berbisnis dan  mengelola perusahaan itu adalah awalnya saya dan banyak orang berbisnis diawali dengan kemampuan mengelola skill set (beberapa keahlian). Keahlian tersebut biasanya menjadiakan seorang pebisnis memilih satu bidang bisnis yang disesuaikan dengan kemampuannya tadi. Selain itu juga disesuaikan dengan waktu yang bisa dialokasikan, legacy atau warisan misalnya dari orang tuanya dan lain-lain. Contoh tukang bakso yang berpengalaman pasti akan menurunkan keahlian membuat bakso serta mengelola bisnis bakso kepada anak-anaknya.

Jadi bisnis itu ada yang memang merupakan pilihan kita dan ada yang kita tinggal meneruskan saja yang sudah ada. Prakteknya juga kita awalnya bisa menyukainya atau terpaksa menjalaninya karena sudah tradisi turun-temurun.

Pada awal-awal saya bekerja sebenernya sempat galau juga dalam menjalani karir, saya seperti tidak tau kemana arah dan tujuan. Sempat juga keluar masuk pekerjaan/perusahaan untuk mencari kesempurnaan. Entah gaji yang tinggi, boss yang mendukung, suasana kerja yang nyaman, akses transportasi yang nyaman dll. Intinya mentalitas untuk menerima segala kekurangan di dunia kerja itu belum terkondisikan dalam diri.

Karena saya punya cita-cita yang cukup kuat untuk berbisnis sendiri, ini saya tuliskan dalam sebuah Lembar Kerja Siswa yang tersebar di ribuan sekolah, bahwa cita-cita saya adalah menjadi pengusaha sukses. Hal ini mendorong saya selalu membayangkan bidang bisnis, expertise dan suasana bisnis seperti apa yang akan saya jalani ke depannya. Misalnya, ketika memasuki sebuah perusahaan saya selalu mengamati dan mempelajari dengan teliti apa itu procurement, engineering, construction, sales marketing, business development. Apa fungsinya, apa bedanya dan apa saja kunci utamanya menjalankan fungsi-fungsi tersebut?

Kita lompat sedikit mengamati bisnis padat modal yang sedang dibicarakan di mana-mana saat ini: Go Jek! Tokopedia, Traveloka, misalnya. Ketiga startup tersebut kini menjelma menjadi kekuatan bisnis yang besar. Mengubah cara orang belanja, bertransaski dan menjual barang. Bahkan wujud toko ritel pun kini mulai berubah menyesuaikan dengan perubahan yang dibawa oleh 3 apps tersebut.

Apakah posisi 3 perusahaan rintisan raksasa yang sedemikian powerfull tadi menarik minat teman teman untuk menjadi Nabil Makarim – Ferry Unardi –  William Tanuwijaya berikutnya? Teman-teman menginginkan modal berkelimpahan, bisa datang ke mana saja dan berbicara di forum-forum bisnis prestisius? Atau menempuh jalan sederhana seperti saya yang membangun forum KBKB ini? (Klub Bisnis Dan Kajian Bisnis) yang hanya disupport oleh chat apps Telegram berisi 440-an member (per tanggal 10/9/2019) yang jauh dari hiruk pikuk dan sorotan blitz kamera?

Setiap pencapaian tentu ada konsekuensi logisnya. Saya yang sharing perspektif bisnis di sela-sela waktu menyetir saya dan membagikannya kepada teman-teman dikarenakan untuk memaksimalkan waktu dan keinginan mengisi konten positif di internet seraya menampilkan saya sebagai sosok bisnis, karena rentang waktu sebelumnya saya masih tergambarkan sebagai aktivis, pekerja atau pekerja sosial. Mengisi konten-konten bisnis di internet memiliki harapan besar untuk pencapaian saya di masa depan. Cost yang digunakan sangat rendah, hampir tidak ada, tapi saya punya exposure di internet. Waktu saya masih bisa saya kendalikan sesuka saya, tentu saja.

Sementara seorang founder startup yang di-inject dana ventures capital besar-besaran tentu punya target-target yang besar. Itu membutuhkan effort kerja yang luar biasa, ditopang tim yang kuat dan jejaring kuat untuk menggedor regulasi bisnis (politik). Saya bermimpi menjadi orang yang memiliki power seperti ini, tapi rasa-rasanya saya masih menikmati masa-masa sekarang ini. Jadi buat saya, modal / kapital besar bukanlah segalanya, saya lebih memilih menikmati perkembangan bisnis secara generik tanpa pertumbuhan yang dikenal dengan istilah blitzkrieg scale up.

Suntikan dana besar dari para venture kapital tentu mengharapkan leverage bisnis yang besar pula. Kapitalisasi market yang diinginkan juga besar, pertumbuhan yang cepat serta produk/layanan ditemui dalam kebutuhan harian setiap orang (daily basis). Model bisnis begini tentu membutuhkan effort luar biasa, kerja keras yang tak henti-henti dan tentu saja menimbulkan tingkat stress yang tinggi bagi para pendiri bisnis tersebut. Hal ini yang tidak saya inginkan dalam waktu-waktu sekarang. Saya masih menikmati me time dan kesenggangan untuk bercengkrama dengan anak istri, kawan-kawan komunitas hobby dan menjalankan hal-hal berbeda lainnya yang tidak terkait dengan bisnis dan perusahaan. Menurut saya, bisnis untuk hidup bukan sebaliknya.

bersambung..