Berada dalam sebuah komunitas, kelompok, asosiasi, organisasi atau perusahaan atau sebuah team work biasanya ada istilah “tek tok” atau “tek tok -an”, yang artinya orang-orang di dalam tim tersebut sudah mengerti karakter masing-masing, dan faham fungsi masing-masing. Mereka bisa bergerak cepat mengisi ruang-ruang kerja/tugas tanpa ada penjelasan yang rinci atau detil karena sudah seirama.

Untuk mencapai fase “tek tok” seperti itu atau menjadi tim yang efektif atau komunitas yang padu sebagaimana padu-nya sekelompok ikan laut sejenis yang bergerak beriringan “school of fish” karena punya gurat sisi yang sama memang tidak mudah. Kelompok ikan yang berenang beriringan itu kalau ada predator masuk itu mereka bergerak bergerombol dengan sangat cepat dan sesuai “komando” melalui kecerdasan yang didesain Tuhan pada ikan-ikan tersebut dengan gurat sisi masing-masing ikan.

Begitu juga dengan komunitas, mirip dengan ilustrasi kelompok ikan sejenis tersebut. Contohnya saya dan teman-teman bikin asosiasi baru – asosiasi proses bisnis dan manajemen strategi – itu ya gak ada pemimpinnya sebenernya, yang ada hanyalah volunteer-volunteer yang datang dengan keyakinan dan visi yang sama atau serupa. Orang-orang yang membentuk asosiasi ini punya “gurat sisi” yang sama terhadap bidang proses bisnis dan manajemen strategi dan punya harapan besar pada asosiasi agar menaungi kepentingan mereka, dan jadilah mereka berkelompok untuk membangun “school of fish” yang sebenarnya berupa “school of thought” berupa asosiasi.

Bisa saja ada founder yang mengemukakan gagasan ini pada awalnya, tetapi pada prakteknya nanti ada pekerje-pekerja, ada influencer, ada project manager dan itu terbentuk secara alamiah saja.  Selama pembentukan asosiasi ini terjadi proses “find the tuning” menyamakan frekuensi fikiran dan tindakan. Dibutuhkan waktu untuk sampai pada fase tsb, butuh mengenal karakter masing-masing dan bahkan sampai cara bercandanya juga butuh adaptasi. Jadi lucu-lucuannya itu juga ada adaptasinya! Para professional itu biasanya mereka memang serius tetapi santai.

Ada satu kata-kata bijak dari suku Afrika, kata-katanya sebagai berikut  “If you want go fast, go alone. If you want go far, go together, Jika kamu ingin berjalan cepat, pergilah sendirian, Jika kamu ingin pergi jauh, pergilah bersama-sama.  Artinya untuk melakukan perjalanan-perjalanan jauh atau perjalanan besar itu kita butuh berkelompok: asosiasi, organisasi, perusahaan, komunitas, sehingga tujuan-tujuan itu lebih memungkinkan untuk di capai karena kita mempunyai visi yang besar dan menaungi banyak pihak.

Tetapi kalau kita ingin bercepat-cepat diri ya cukup go alone. Misalnya dalam pengelolaan klub entreprenur ini: klub buku dan kajian bisnis -, saya lakukan sendirian saja awalnya karena ada teman-teman yang ingin ada kelompok diskusi buku dan kajian bisnis. Saya merasa di satu grup diskusi itu saya sharing terlalu banyak, sementara urat berbagi saya memang tinggi dan akhirnya saya merasa gak enak sendiri. Saya fikir, kenapa gak dibuat klub tersendiri saja sehingga saya juga “dibebankan” untuk terus berbagi di grup yang saya buat ini. Hasilnya memang lebih cepat, dan kerangka grup bisa saya buat sesuai dengan tujuan-tujuan yang saya siapkan dan cita-citakan sejak awal. Alhamdulillah ada beberapa teman yang ingin membantu, dan jadilah komunitas yang sementara ini sudah mencapai 445 member ini.

Untuk berasosiasi, berkomunitas termasuk organisasi bisnis membutuhkan pemahaman masing-masing dan ide-ide masing-masing yang dirumuskan dalam rapat, pertemuan, diskusi di whatsap grup sebelum kita putuskan bersama. Dan setelah diputuskan pun ada kontrol, pengawasan, ada PDCA (plan do check action)  sampai pekerjaan itu berjalan dan berlangsung berkesinambungan. Yang berwenang melakukan kontrol pun harus punya kemampuan kepemimpinan yang baik, jangan terlalu ambil sisi teknis terlalu dalam, karena pemimpin yang masih sibuk dengan urusan teknis pada hakekatnya belum selesai dengan dirinya sendiri dan biasanya lemah di bidang-bidang lain yang wajib dia kendalikan mutunya.

Dalam membangun find the tunings tadi kita harus sedikit merendahkan ego, berusaha maksimal dalam menyampaikan ide dan gagasan serta strategi kita ke para pihak yang terkait. Berbaik sangka adalah yang terpenting dalam tim kerja, seseorang yang tidak punya kompetensi dan kewenangan dalam satu fungsi organisasi baiknya tidak terlalu ikut campur, selain akan memporakporandakan keajegan tim, juga akan mencederai orang-orang yang memang profesional di bidang tersebut. Perlu juga disadari sebagai manusia terkadang dari usia, perbedaan cara pandang dan latar belakang pendidikan akan mempengaruhi kualitas komunikasi dalam tim. Jika Husnuzhan didahulukan, tidak ada “sok kuasa” dan percaya pada tupoksi maka insyaallah hasilnya akan gemilang. Seseorang yang berjasa dalam komunitas sudah selayaknya diapresiasi dan “diwongke” dengan baik, pemimpin yang baik tidak akan menggunjingkan kelemahan anak buahnya, dia akan panggil one by one sehingga tim kerja akan maksimal kembali dengan komunikasi yang baik.

Syarat mutlak membangun tim adalah adanya pemimpin yang visioner dan percaya pada tim yang ia bangun, bukan mendahulukan kepentingan pribadinya atau untuk semata-mata panggung dirinya. Merasa terlalu “memiliki” organisasi adalah bibit-bibit otoriter yang harus diminimalkan. Pengalaman saya dalam menjalani organisasi, kelemahan kepemimpinan adalah yang paling berpengaruh buruk pada kinerja tim.