Jaringan/network atau hubungan pertemanan, hubungan bisnis antara satu dan orang lain itu sangat bermanfaat punya impact terhadap daya tahan kita di tengah covid ini. Saya bertahan di tengah covid19 ini di mana di 3 lini bisnis bisa dikatakan slow down semua dengan tingkat kemunduran beragam. Walaupun, kemunduran itu bisa dibilang gak sampai berhenti beroperasional atau ditutup sama sekali, Alhamdulillah.

Jaringan bisnis sangat membantu karena yang paling berat di masa covid ini kan aturan physical distancing (sempat bernama social distancing) sehingga kita wajib menjaga jarak dan sebisa mungkin tidak keluar rumah. Artinya alat untuk ber-sosial dan berinteraksi bisnis itu ya hanya media sosial. Sehingga kemampuan berkomunikasi via media sosial itu sangat penting dan mendasar.

Kemampuan bermedia sosial sederhana seperti komunikasi teks, voice note, video conference sangat diperlukan. Karena dasar-dasar kemampuan teknis ini bermanfaat untuk kita meyakinkan orang dalam bernegosiasi, menyampaikan argumen atau jual beli pada umumnya. Beberapa kali saya perhatikan ada saja orang yang gak terampil berkomunikasi menggunakan beragam fitur media sosial, padahal bisa saja dia pandai memainkan gawai untuk kebutuhan hiburan dan membuang-buang waktu dan sekedar eksis.

Organisasi bisnis, asosiasi bisnis dan perkumpulan/komunitas bisnis sangat membantu kita sourcing produk-produk yang laku dijual di masa “di rumah aja”. Orang-orang bisnis terbiasa jujur memberitahu posisi stock barang, jenis barang, lead time pengiriman dan cara pembayaran yang fair dan memudahkan buyer. Sementara pihak-pihak yang bukan pelaku bisnis cenderung gagap dan tak terlatih, mereka melakukan transaksi didasarkan coba-coba dan karena desakan kebutuhan ekonomi yang memang sulit. Ada beberapa kali saya temukan barang-barang yg ditawarkan cenderung “halu” (slang, halusinasi), entah jumlah barangnya yang gak jelas atau terlalu banyak un-confirm imformation yang jika kita follow up bukan hanya menurunkan kredibilitas kita, tetapi juga menghabiskan waktu dan membuat kita emosi dipermainkan.

Beberapa orang yang saya tidak terlalu kenal di masa-masa normal dikarenakan kesibukannya atau memang tidak pernah ada kesempatan bertemu, akhirnya dipertemukan juga dalam pertemuan bisnis di tengah wabah covid19. Di situ saya melihat ada peluang-peluang baru dan menyadari mana orang-orang yang memang punya skill set bisnis yang baik, mana yang kurang, dan mana yang memang bisnisnya sekedar nebeng ke bisnis yang sudah eksis di keluarganya. Tak sedikit yang stress, kehilangan kepercayaan diri dan kerjaannya hanya posting hal-hal yang mendramatisir ketakutan dan kebencian, satu hal yang sebenarnya cukup disayangkan.

Referensi dari reputable person sangat mempengaruhi kita bisa eksis di situasi krisis, karena pebisnis biasanya saling tolong dan support sesama teman. Menyadari bahwa kita tidak hidup di ruang kosong, dan betapa situasi bisnis yang sulit itu bisa diselesaikan secara bersama-sama dan gotong-royong, sering di antara pebisnis itu saling support dan saling dukung, terlebih lagi saling do’a. Mentalitas positif yang terjaga di antara komunitas bisnis adalah faktor berpengaruh bagaimana mereka bisa rebound dengan cepat setelah mengalami keterpurukan.

Jaringan relawan atau aktivis yang membantu sesama yang dibangun oleh rekan-rekan pebisnis juga membantu saya untuk tetap memiliki semangat “tangan di atas” dan menghindari mental meminta dan mengemis. Tanpa uang yang saya miliki, berbekal kepercayaan dari rekan-rekan yang punya kelebihan rejeki, saya bisa membantu puluhan anak-anak yatim dan janda-janda sepuh di sekitar rumah ibu saya di Purwakarta, juga membagi ratusan paket sembako dan penganan jelang hari raya kepada mereka dan sekitar tempat tinggal saya di Depok. Peluang-peluang bisnis saya kesampingkan sementara, karena kegiatan-kegiatan ini menurut saya menguatkan batin saya, semangat saya dan juga harapan orang-orang yang terdampak di sekitar keluarga saya. Penting menguatkan mereka agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Intinya di masa-masa pandemi kemarin (sampai tulisan ini ditulis pemerintah menetapkan era kenormalan baru) peluang bisnis dan amalan-amalan saleh harus dipacu, di saat yang lain tiarap karena situasi krisis. Nasehat ini dilontarkan seorang trainer saya Pak Mardigu Wowik yang sempat memberikan insight pada sebuah pelatihan mindset bernama CEO Mastermind yang berlangsung 3 hari di Jakarta, tepat seminggu sebelum ada PSBB / semi-lockdown di Jakarta. Dua trainer yang diundang Bang Sandiaga Uno dan Pak Gita Wirjawan memberikan parameter-parameter memburuknya situasi ekonomi dalam beberapa bulan ke depan, Pak Helmi Yahya mengajarkan kebiasaan-kebiasaan para pelaku bisnis yang musti ditiru sementara Pak Mardigu justru menyarakan kita “tarik gas pol” membuka keran-keran bisnis baru yang potensial di saat orang tidur dan pingsan.