Dikarenakan belum membaca buku karangan Reid Hoffman dan baru baca-baca sedikit mengenai celetukan beliau di twitter atau slideshare, saya belum berani banyak mengupas banyak hal tentang “ideologi” bisnis Hoffman. Tapi setidaknya, kita bisa mencermati celetukan-celetukan tadi yang menjadi punch line menarik untuk kita fahami bersama lalu eksekusi dalam bisnis yang kita kerjakan.

Bisnis bukan barang sulit karena bukan lingkup akademis, ia hanya berupa seni aksi yang menuntut koreksi, evaluasi sambali berlari. Bisnis tidak bisa melulu tekstual tapi harus kontekstual, karena ia merupakan tindakan sosial (kalau enggan dibilang ilmu sosial).

Beberapa petuah bermakna yang saya dapati sebagai berikut:

There are no successfull founder who are not obsessive

  • artinya Hoffman membenarkan karakter pengusaha yang terobsesi akan pikiran-pikirannya dan cita-cita besarnya

 

The first 150 hires are your cultural co-founders. It’s up to you, the founder, to get every one right.

  • Merekrut tim di awal-awal bisnis itu biarlah kultur para founder sebagai penentunya, itu hak kita/mereka. Angka 150 adalah hitungan Hoffman, masuk akal.

 

What do you do with an idea that isn’t working? You kill it

  • Hoffman mencoba mengajari kebijaksanaan dalam berbisnis, yaitu untuk tak segan mematikan ide-ide kita yang mungkin sebelumnya kita anggap brilliant. Ini luar biasa, artinya kita bisa lebih fokus pada ide-ide yang berjalan dengan baik saja.

 

Treat your customers as your scouts. Take your cue from not only what the say, but also what the do.

  • Omongan customer kadang menjebak, kita diminta perhatikan perilaku dia terhadap produk dan layanan kita.

 

The most successful entrepeneurs listen closely to the “no’s.” The mine their rejections for clues.

  • Pebisnis tangguh akan mendengarkan penolakan dan reaksi negatif, bukan untuk dibaperin, tapi dia cermati arahnya kemana untuk tindakan dia berikutnya.

 

You can’t scale an idea that only lives in your head. You have to act on it

  • Ide cuma sekedar lamunan manakala gak diekskusi.

 

Infinite learning is a job requirement for scale entrepreneurs.

  • Pebisnis yang masuk fase scale-up akan memiliki habit belajar terus-menerus.

 

To effectively manage chaos, hire people who thrive under chaotic circumstances

  • Pelajaran berharga untuk para pemimpin untuk merekrut “ikan-ikan kolam air deras” yang terbiasa dalam turbulensi, agar bisa berenang dalam ombang-ambing ketidakpastian.

 

Leaders at scale have to be ready to make and break almost every plan

  • Pemimpin bisnis yang masuk scale-up harus selalu siap untuk membuat dan mematahan setiap rencana, beradaptasi terus.

 

The best scale entrepreneurs don’t just envision their product’s future, but society’s future

  • Ini kata-kata luar biasa, visi besar seorang pebisnis yang bertumbuh adalah fokus pada masa depan ummat, bukan sekedar masa depan produknya.

 

If you try to avoid risk, you’re actually risking total failure. Or worse: mediocrity

  • Para pebisnis yang bertumbuh cepat selalu menghadapi resiko, bukan menghindarinya. Karena hasil dari penghindaran itu jelas kegagalan total, atau lebih buruk: menjadi kaum mediokre!

Demikian beberapa capture kata-kata dewa dari Sang Blitzscalling, Reid Hoffman, semoga menjadi pelajaran bagi rekan bisnis semua. Salam cuan!