Ada tiga kali debat terbuka yang mewakili tiga wilayah: barat, timur dan tengah. BPD HIPMI Riau mendapatkan kehormatan sebagai yang pertama mewakili wilayah barat. Berbangga hati betul Ketum Rahmad Ilahi, yang ia sampaikan dalam sambutannya yang panjang. Hampir semua orang disebutnya tanpa lupa dan keliru ditambah detil kesan pribadinya sehingga kita seakan dibawanya berkenalan dengan yang disebutnya tersebut. bravo!
Ada Ketupat Ali Affandi, Ketua Harmen Saputra (mewakili Ketua SC: Dede Indra Permana) dan tentunya PLT Ketum Eka Sastra yang ketika berbicara didampingi salah satu usher sehingga semua peserta bukan hanya terbuai kata-katanya lewat telinga, tetapi mata mereka tertuju ke arah sosok di samping Bang Eka Hahaha..
Segera setelah menginjakkan kaki di Bandara Sultan Syarif Kasim II kami sudah dijemput oleh Mas Arga yang dengan sigap menyiapkan 2 kendaraan operasional yang disediakan Tim OC Lokal. Kami dibawa ke tempat kuliner legendaris: Kedai Kopi KimTeng.
Ini tempat ngopi² favorit warga Pekanbaru dari berbagai lapisan masyarakat. Sifat egalitarian masyarakat melayu yang tanpa sekat pangkat, jabatan dan harta tampak dari konsep sajian tempat kuliner ini. Pemilik lapak biasanya sekalian menjual kopi dan minuman, sementara makanan disediakan oleh tenan-tenan-nya.
Entah mereka seleksi ketat atau bagaimana, semua menu yang disajikan terasa sangat lezat tak kurang satu apa pun. Ah, jika saja kadar gula darah saya masih seperti 20th lalu, pasti semua saya coba cicipi, slurrpp..
Beranjak ke Grand Central Hotel tempat Panitia Pusat menginap dan berlangsungnya acara, kami beristirahat, diskusi, ngobrol, ngopi sambil menunggu rapat panitia dan gladi resik di sore hari. Tim Colors Communication yang beberapa staf-nya sudah kami kenal baik tampak hilir mudik di ballroom menyiapkan acara puncak nanti malam.
Jelang petang kami dibawa oleh bang Ong driver cekatan yang disediakan OC Lokal ke sebuah resto bernama Pondok Masakan Khas Melayu yang tak jauh dari hotel. Dalam perjalanan tampak 2 baligo besar CaKetum Akbar Buchori terlihat, 1 baligo besar punya CaKetum Anggawira juga terlihat dan kibaran umbul-umbul Anggawira dan Bagas memenuhi sisi jalanan tempat perhelatan.
Ada satu yang menarik, walau tak terlihat baligo besar, tapi Tim Bagas Adhadirga memasang 2 spanduk di satu lapak durian yang tak jauh dari hotel. Rupanya mereka mengundang semua orang untuk menikmati durian di sana. Sialnya, saya baru tau hal ini keesokan harinya, hiks 🙁 tapi tak mengapa, saya jajal 1 durian kecil dinikmati bersama kopi hitam tanpa gula, untuk mengobati kangen durian. Rasa-rasanya sarapan lezat di hotel barusan masih kurang tanpa mengecap durian lokal asal Payakumbuh tsb.
Matahari mulai bergerak ke arah barat, kami menyudahi makan siang yang sangat memanjakan lidah. Hani Shanty sepertinya tak selesai-selesai melahap udang galah segar ke mulutnya, “Duh, takut saya kalau kebanyakan Han, kau hebat!” puji saya antara salut dan ngiri.
Ada beberapa spot kuliner yang jadi andalan kawan² delegasi panitia dan timses. Selain tentunya setiap timses punya acara dan tempat² sendiri. Kegiatan silaturahmi ini selain ajang saling kenal, juga membuka peluang² bisnis baru antar anggota HIPMI dalam pesta demokrasi 3 tahunan keluarga besar HIPMI.
Saya kebagian tugas menghubungi mantum² HIPMI, Wanhor, Wanbin dan memastikan Forkompinda (Forum Koordinasi Pimpinan Daerah) dilayani dengan baik oleh panitia lokal. Ada 4 usher yang dikenalkan oleh Ketupat Nadya. Mereka saya brief sebentar lalu saya minta bantu menggunting kertas nama² VIP dan menempelkannya di kursi² VIP. Walau nanti begitu acara biasanya gak kaku juga kita terapkan, tetap saja seat arrangements adalah sesuatu yang penting dan sensitif yang musti kita perhatikan.
Rapat panitia dan gladi resik (GR) dilaksanakan, sepertinya tak ada perkara major yang bermasalah. Tapi ada saja kekurangan yang tak lepas dari kontrol Dum Hilda, walau beliau tak hadir langsung di lokasi. Salute Dum, manajemen mutu-nya walau harus sedikit mengganggu liburannya ke Eropa.
Waktu terus bergerak dari petang ke senja, maghrib telah datang terus ke isya lalu sampailah di pukul 20.00. Ketupat Andi sudah menyarankan yang muslim agar men-jama’ takdim sholat Isya’ ke Maghrib saja, khawatir panitia tidak sempat nantinya.
Akhirnya semua timses dan Caketum berada di dalam ruangan. Jangan pikir mudah mengatur teman-teman kita ini. Temu kangen, selfie dengan CaKetum jagoan masing² ini sulit untuk dilarang-larang. Tim Anggawira lebih dulu masuk dalam ruangan disusul oleh Tim Bagas lalu kemudian Tim Akbar. Acara molor sampai 2 jam.
Semangat riuh rendah dan suara gemuruh balon tepuk yang dibawa masing-masing timses membahana dalam ruangan. Bersahut-sahutan dengan yel-yel, suara megaphone dan terompet pump stadion membuat bising seisi ruangan berkapasitas 250 orang ini. Sepertinya sih jumlah yang hadir mencapai dua kalinya!
Antusiasme peserta memang sangat luar biasa. Mereka yang tak kebagian kursi memilih duduk di lantai ballroom sambil menikmati penganan yang disediakan panitia, what a day!
Saya meminta kursi tambahan ke pihak hotel, tapi tampaknya mereka tak kunjung membawanya, sementara molornya acara dan teriakan-teriakan semangat yang tak henti-henti membuat beberapa peserta kehausan. Panitia lokal dengan sigap membeli tambahan air minum. Selain itu saya juga menyaksikan tim CaKetum Akbar membawa beberapa kardus air minum dalam kemasan 300mL yang mereka bagi-bagikan kepada yang kehausan.
Hanya sendirian mewakili tim protokoler membuat saya harus bolak-balik ke depan dan belakang venue, mengecek siapa saja yang datang. Khawatirnya ada senior yang datang celingak-celinguk tak dikenali oleh panitia. Benar saja, ada Dum Novita Dewi, saya sapa dan ajak ke holding room VIP dimana beberapa CaKetum dan PLT Ketum sudah berada di sana.
Sementara beberapa anggota wanbin hadir: Rinor Kuswan, Yuke Yurike, Yaser Palito, dan Denny Panjaitan. Hadir pula Mbak Dewi Rais, Mbak Ninuk dan rombongan. Kaki rasanya sudah pegal-pegal karena berkali-kali keliling ruangan besar ini menyambut undangan yang datang. Wah gak terbayang bagaimana stamina para caketum kita yang tak kenal lelah menyambangi banyak orang ya? Hebat!
Akhirnya jam 21.00 acara baru bisa dimulai, entah karena penat dan lelah saya tak bisa konsentrasi menikmati acara debat malam itu. Antara karena terbiasa fokus pada tugas yang diamanahkan oleh pimpinan kepanitiaan dan bisa juga mungkin karena faktor umur, saya sudah kelelahan sebelum acara usai. Saya meminta izin ke Sekpat Wajen Nazars untuk kembali ke kamar hotel dan memantau jalannya acara dari WA Group panitia dan streaming YouTube HIPMI TV.
Otak sedikit encer setelah Pak Tubagus Iman Taufik membelikan segelas kopi susu hangat tanpa gula sebagai pelecut jantung dan melonggarkan ketegangan neuron jelang boarding tadi. Satu jam dua puluh lima menit saya gunakan untuk menulis di ketinggian selain tentunya membaca-baca buku “Menolak Lemah” yang selalu saya bawa kemana-mana dalam tas kecil saya.
Ingin sekali mengulas bagaimana setiap timses mempersiapkan CaKetum masing² dalam debat kali ini. Juga penampilan prima setiap caketum, tetapi nampaknya akan saya ulas dalam tulisan terpisah saja. Tulisan inipun saya siapkan di ketinggian 11.300 meter di atas permukaan laut dalam perjalanan dari Pekanbaru ke Jakarta menggunakan aplikasi notes dari gawai yang saya bawa.
Tampak sebagian besar delegasi panitia pusat berfoto di bandara sebelum ke Jakarta, saya tidak ada di foto itu, karena tertidur dengan nyenyak di bangku tunggu. Deep sleep dengan kaki selonjoran, benar-benar Tuhan seperti kasihan pada saya sehingga diberikan rezeki nikmatnya tidur. Bangun² Edmond Timbuleng dan Syaf Lessi tertawa melihat saya terbangun.
“Sudah sehatkah kakak?” Kata si Syaf, sialan! Gue gak ada di dalam foto 😭
Panggilan announcer bandara menggema. 1 jam delay Batik Air ID 6857 tak membuat kami kecewa. Waktu keterlambatan dimanfaatkan untuk ngopi, ngobrol santai sembari sedikit evaluasi ringan. Pengalaman yang dibawa masing² panitia untuk saling support, tetap positif dan selalu cepat kaki ringan tangan membuat ketidaksempurnaan di lapangan dapat dengan mudah di atasi.
Di saat tulisan ini selesai dibuat, pesawat sebentar lagi mendarat, tampak cuaca mendung dan sedikit hujan di Soekarno-Hatta. Sekelebat di kepala terpikir, “Gue gak ikutan ke Hollywings Pekanbaru semalam, kenapa gue tidur terus ya?” Agaknya memang masa-masa usia HIPMI beranjak sudah dilewati…
msirod | Okt 22, 2022
Leave A Comment