Kajian HIPMI JAYA (KAMI) ke-2 yg diadakan BPC HIPMI Jakarta Selatan kali ini mengundang Ust. Fida. Saya sendiri baru mengikuti sekali kajian beliau, dan terasa sangat pas dengan gaya-nya yang santai, penuh canda akrab sampai nyelekit untuk menggali sikap jujur dari kami para mad’u (objek dakwah) beliau.

Catatan kecil ini semoga bisa dibaca dan memberi manfaat bagi teman-teman yang tidak sempat mengikuti pengajian barusan tetapi tertarik dengan apa yang disampaikan oleh Ust. Fida. Topik yang disampaikan tidak khusus membahas satu topik secara dalam melainkan beberapa topik ringan sekaligus yang dihadapi sehari-hari dan kejadian-kejadian yang sedang happening di kalangan anak muda.

  • Konsep Karantina terhadap wabah ternyata telah dikenalkan Rasulullah SAW:إِذَا سَمِعْتُمْ بِالطَّاعُونِ بِأَرْضٍ فَلاَ تَدْخُلُوهَا، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلاَ تَخْرُجُوا مِنْهَا

    Artinya: “Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.” (HR Bukhari)

  • Mentalitas kita terhadap Ramadhan adalah mustinya kita menunggu-nunggu (kangen) terhadap kehadirannya. Bila kita cuek, artinya kita belum menjadi seorang muslim yang baik.
  • Konsep Tahajjud Rasulullah SAW adalah dalam rangka rasa syukur beliau kepada Allah SWT, sementara kita umumnya bertahajjud dikarenakan ingin berkeluh kesah.
  • Perilaku berlebihan pada idul fitri terkadang mengakibatkan kita terlena kembali meninggalkan hal-hal baik misalnya shalat tepat waktu, berjama’ah di Masjid. Sampai-sampai ada “ustadz/ulama” yang mengeluarkan opini pribadi untuk mengesampingkan shalat berjama’ah awal waktu dan beranggapan kumpul2 lebaran lebih didahulukan dikarenakan momen-nya jarang terjadi dan dianggap hal baik untuk silaturahmi (disampaikan dengan bercanda, ini kelompok “ulama beda”)
  • Sebagai pengusaha, kita juga akan diuji mana yg didahulukan, urusan bisnis atau ibadah wajib mahdhah. Diilustrasikan seorang pengusaha yang akan menandatangani satu proyek senilai 20M tetapi waktunya bertepatan dengan shalat Jum’at. Mentalitas kita sebagai muslim diuji oleh Allah, mana yang akan kita pilih?
  • Dalil berkenaan dalam bekerja & mencari nafkah:
    يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُلُوا۟ مِن طَيِّبَٰتِ مَا رَزَقْنَٰكُمْ وَٱشْكُرُوا۟ لِلَّهِ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
    Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.
    ada kata طَيِّبَٰتِ Thoyyiba yang artinya rejeki yang baik-baik jamak, artinya banyak / berlimpah. Jadi jangan khawatir terhadap jaminan Allah kepada kita.
  • Istilah hijrah sekarang menjadi trend, yang harus disadari bahwa kisah hijrah seseorang (baca: tobat) boleh menjadi inspirasi tetapi proses hijrah (perbaikan diri) itu sangat personal, karena ujian setiap orang berbeda-beda.
  • Soal berlebihan, coba cek lemari pakaian kita. Berapa banyak potongan pakaian yang lewat seminggu yang tidak kita pakai? bayangkan jika kelebihan sandang tersebut kita konversi menjadi uang, dan digunakan untuk orang-orang gak mampu untuk sekedar menyambung hidup? Hidup sewajarnya saja..
  • Mari berharap agar kita ini dapat bertemu Ramadhan lagi dan istiqomah pasca Ramadhan.
  • Semua nikmat yang Allah berikan pada seseorang yang membuat orang tersebut lalai dan menjauhi Allah, pada intinya adalah musibah, potensi istidraj: dibuat kaya, berkelimpahan dan sibuk oleh dunia.
  • Konsep hijrah itu bukan berarti menjadi mudah dalam menjalani kehidupan di dunia, justru ketika kita berniat ber-hijrah, Allah akan mengujinya

Konsep Ujian, Adzab dan Istidraj

  • Ujian Allah akan datang pada orang yang hijrah sesuai kekhususan yang ada pada dirinya. Seseorang yang tertambah pada pasangan, akan diuji lewat pasangannya. Orang yang cenderung mencintai anak-anaknya, akan diuji lewat itu juga. Ada juga yang diberi kelimpahan harta, maka ujiannya pada harta yang Allah limpahkan pula.
  • Perlunya mindset merasa CUKUP dan dicukupkan oleh Allah SWT. Yakin sama Allah akan dicukupkan, yang gak cukup itu effort untuk membiayai gaya hidup.
  • Jika kita berbuat kebajikan, maka pastikan kebaikannya menjadi mengalir ke banyak orang dan berkelanjutan agar pahala buat kita juga kontinu keberkahannya.
  • RIBA: satu2nya dosa yang diproklamirkan untuk diperangi oleh Allah dan Rasul-Nya melebihi dosa zina dan pembunuhan.
  • Surah Ath-Talaq ayat 2-3 mengenai konsep rezeki: ۗذٰلِكُمْ يُوْعَظُ بِهٖ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ ەۗ وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا ۙ

    ..Demikianlah pengajaran itu diberikan bagi orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, (potongan ayat 2)

    وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ ۗاِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا

    dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu. (Ayat 3)

    Cukup kita ta’at (bertakwa) kepada Allah, maka jangan khawatir PASTI diberikan jalan keluar permasalahan kita, ini jaminan Allah, kelak Allah akan memberikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.

  • Zakat itu dihitung per tahun dari kekayaan yang kita peroleh, perhitungannya (nisab) setara emas 85 gram setahun (dikonversikan ke nilai sekarang). Zakat profesi ada belakangan di era Mu’awiyah dengan berlandaskan pada aturan zakat. Wasiat pada waris maksimal 1/3 dari total kekayaan yang ditinggalkan (itu pun dianggap terlalu banyak oleh Rasulullah SAW dalam hadits-nya).
  • Pesan untuk pengusaha: Pastikan kelola harta kita agar bermanfaat untuk orang banyak, karena setiap harta akan dipertanggungjawabkan di yaumil akhir.
  • Inspirasi kisah Abdurrahman bin auf r.a. yang mendengar beliau (r.a.) yang akan memasuki surga paling belakangan dikarenakan hartanya paling banyak di antara sahabat.
  • Soal gharar-nya asuransi dan sikap kita sebagai pengusaha soal BPJS ketenagakerjaan
    pakai ayat, kaidah:
    يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَأَطِيعُوا۟ ٱلرَّسُولَ وَأُو۟لِى ٱلْأَمْرِ مِنكُمْ ۖ فَإِن تَنَٰزَعْتُمْ فِى شَىْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
    Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (An-Nisa, 59)

(mohon info kalau ada kekeliruan)