Ruangan rawat di RS. Fatmawati dalam masa Covid19 memang dipersiapkan semuanya dengan prosedur/protokol Covid. Jangan harap kita menemukan piring-piring makan stainless yang biasanya berlalu-lalang didorong-dorong memakai trolley oleh petugas antara ruang gizi/dapur dan CSSD (central sterilized & supply department). Jangan harap pula kita ada yang menemani di ruang rawat, di sana akan dibiarkan sendirian atau hanya bersama pasien suspect Covid lainnya karena resiko wabah ini yang luar biasa.

Saya mendapatkan ruangan di Ruang Rawat VIP Anggrek kamar 211. Sebelumnya memang ini ruang rawat VIP sehingga satu ruangan hanya untuk  pasien dengan fasilitas lumayan lengkap: AC, TV, Kulkas, Electric Bed & Meubelair Paramount dan fasilitas nurse call/button yang memudahkan kita berinteraksi dengan nurse station.

Kantong obat2an saya, ada ID rawat, nama, tanggal lahir dan nomor ruang rawat

Pindah dari ruang rawat darurat (IRD/IGD) ke ruang rawat VIP memang menaikkan imun tubuh saya hehe, suasana yang lebih cozy, adem, dengan tempat tidur yang empuk membuat saya mudah sekali terlelap setelah melakukan shalat sambil berbaring. Efek obat dan antibiotik sepertinya sudah bekerja, saya sudah tidak terasa sesak nafas lagi bahkan lebih lega, saya benar-benar merasakan menikmati sehat sesehat-sehatnya saat itu, di situlah saya berfikir ah, sepertinya memang saya gak covid, pasti negatif, haqul yakin!

Yang membuat kita agak ketar-ketir selain suasana perawat yang berbalut pakaian Alat Pelindung Diri (APD)  lengkap (coverall suit), double 3Ply masker yang berlalu-lalang ke ruangan kita, suasana sepi di ruangan dan berita-berita tentang covid yang masuk ke gadget akan membuat kita ciut dan menurunkan imun tubuh kita. Maka saran saya kita baiknya tetap berhubungan dengan teman-teman dan sahabat via jejaring media sosial seraya membincangkan hal-hal ringan untuk mengurangi tekanan stres menghadapi covid ini.

Buah-buahan dikirim teman

Ada beberapa kawan saya malah mengirimkan video-video lucu via whatsapp berharap saya terhibur dan mengurangi stres menghadapi situasi ini, dan memang saya sangat terhibur dan cukup mengurangi ketegangan diri. Saya menjadi lebih nerimo dan tidak mencoba-coba menyalahkan siapapun karena masuk dalam situasi ini. Yang juga menjadi penyemangat diri adalah ada beberapa kawan dengan kerelaan mengirimkan (transfer) uang, buah-buahan, dan obat-obatan herbal ke rumah/ruang rawat dengan harapan temannya saya ini agar segera pulih dan terkurangi bebannya. Alhamdulillah.

Di sini saya sangat meyakini bahwa sakit yang saya hadapi ini benar-benar membawa berkah tersendiri, selain lebih mensyukuri keadaan sewaktu sehat kemarin, menambah ketakwaan dan tentunya juga semakin mengetahui mana kawan-kawan sejati kita yang bersahabat dari hati. Setiap helaan nafas rasa-rasanya sangat berharga sekarang, karena satu nafas terasa berat saat itu, begitu alfa-nya saya selama ini menikmati satu helaan nafas saja. Terkait momen ini saya luapkan dalam 2 buah puisi yang nanti saya akan share di link terpisah.

Obat-obatan yang harus dikonsumsi suspect Covid19

Japrian pertanyaan mengenai hasil swab tak henti-henti datang dari teman-teman yang sebelumnya berinteraksi dengan saya karena mereka tahu persis konsekuensinya jika saya positif. Mereka harus tes juga dan juga keluarga mereka pun harus diswab juga dan kemudian melakukan isolasi mandiri (ishoman).

Ucapan do’a tak henti-hentinya bersahutan di media sosial karena memang saya sengaja mengabarkan ke jejaring agar banyak dukungan doa dan informasi-informasi yang saya butuhkan sekiranya nanti ada hal-hal baru yang saya belum berpengalaman menghadapinya. Contoh, tentang obat-obatan herbal, benar-benar saya mendapat banyak masukan dan betapa banyak rekomendasi dan saran tentang memperbaiki kualitas pernafasan dari herbal-herbal yang ada di market. Walau tidak semua saya percayai, setidaknya menjadi alternatif bagaimana menenangkan diri dengan solusi-solusi yang ada.

Di malam ketiga saya dirawat, titik spiritualitas saya tergoncang hebat. Menyadari bahwa kejadian pandemi ini bukan kejadian yang selama ini saya tenang menghadapinya, ini titik kulminasi saya pribadi. Betapa tidak selain masalah banyaknya orang meninggal di kiri dan kanan saya, juga menyebabkan bisnis yang saya hadapi benar-benar terserabut dari akarnya. Fondasi yang dibangun bertahun-tahun, seperti gak menyisakan ruang untuk tegak karena Corona.

Saya terbaring di ruang rawat Anggrek RS. Fatmawati

Saya selalu optimis menjalani hari-hasi sulit setahun kemarin, kini di saat ada kesempatan baik melihat secercah harapan, tak dinyana saya malah terbujur di ruang rawat covid ini. Saya berkeluh, salah saya apa Tuhan? seperti saya mencari-cari apa yang menyebabkan Tuhan “marah” dan menegur saya. Akhirnya malam panjang itu harus saya hadapi dengan tangisan dan kontemplasi mendalam sampai-sampai saya baru bisa tertidur setelah pukul 5 pagi.

Bersambung…