Alhamdulillah sampai juga di tahun 2022!
Benar, saya musti bersyukur karena pada memasuki tahun 2021 saya kehilangan:
- Pak Mohamad Najikh, F17 IPB – Founder Kelola Mina Laut
- Pak Aji Hermawan, F23 IPB – Dosen matkul SDM, teman ngobrol filsafat dan kultural NU
- Kang Toto Taufik, guru pesantren Dhuha Mapan Purwakarta
- Pak Effendi Sitorus, kolega di idwa.or.id beliau founder dan sama seperti saya memegang urusan internal/operasional asosiasi selain bidang cluster industri.
Memasuki tahun 2022 ini saya juga musti menghela nafas karena kehilangan:
- Ayah mertua Pak Rasyidin Rasyad di Bulan Juli
- Kakak Ipar (kakaknya istri, Uni Afni) anak tertua dari alm. Ayah mertua.
- Kakak Ipar dari adik, Mas Ayi, dan
- Bang Adman Nursal, senior alumni IPB yg selalu sabar menemani dan membimbing saya
jelas saya musti bersyukur karena masih diberikan umur oleh Tuhan sehingga bisa mengecap tahun 2022 ini, selain tentunya mendo’akan mereka-mereka yang telah mendahului kita untuk menghadap-Nya dan memasuki fase kehidupan alam barzah/kubur.
Bicara soal resolusi, kayaknya ngetrend banget. Gak jauh dari hal-hal keinginan untuk mencapai progres atau stage tertentu. Misalnya ingin turun berat badang sekian kilogram di tahun ini atau di quarter ini, ingin gaji naik berkali-kali lipat misalnya, atau ingin pindah karir ke perusahaan multinasional deh karena misalnya sekarang masih di perusahaan keluarga yang kecil dll.
Satu kewajaran bila semua orang punya resolusi pribadi mengingat hampir semua lembaga bisnis, pemerintah dan lembaga non-bisnis memulai lembaran baru atua tahun buku baru begitu menginjak tahun baru. Tentu ada target-target untuk achievement tertentu. Walau ada beberapa teman saya yg muslim membuat resolusi di tahun baru Islam (kalender Hijriyah).
Jadi apa sih resolusi teman-teman yang executable (memungkinkan dieksekusi) sekaligus juga menaikkan greget kita di tahun baru ini?
Pengalaman empiris yang saya hadapi, justru resolusi itu bisa saya buat harian, mingguan dan waktunya bisa saya tentukan tanpa menunggu waktu pergantian tahun. Dan ada juga resolusi saya yg sifatnya dalam jarak 5 tahunan atau 10 tahunan (dekade). Sehingga jika ada yang bertanya soal rencana hidup dan bisnis saya, saya dapat menjawabnya sesuai gambaran dalam pikiran saya.
Saya biasanya akan mudah menjawab, bahwa saya harus begini di tahun ini, perusahaan saya sudah harus punya pencapaian ini, caranya begini menjalankannya. Alhamdulillah, secara umum apa yang saya rencanakan/resolusikan itu terjadi, walau dengan skala atau intensi plus minus ada simpangan walau umumnya tidak signifikan dari apa yang tergambarkan di kepala saya sebelumnya.
Dengarkan versi Voice Note saya di Telegram:
Resolusi atau rencana saya itu biasanya saya sampaikan pada orang-orang sekeliling dari mulai istri, tim kerja di perusahaan, organisasi atau bahkan teman main. Maksud saya agar orang-orang di sekitar saya juga dapat membantu do’a dan memaklumi tindakan saya yang akan mendorong kesuksesan resolusi tadi. Ketika ada orang yang “salah sangka” soal rencana kita ke depan, saya akan meluruskan sangkaan tersebut sesuai dengan rencana saya sebenarnya. Jadi saya berusaha terbuka dengan resolusi yang saya punya.
Dalam hal menjalankan resolusi itu, menurut saya kita harus lentur juga terhadap keadaan-keadaan rill di lapangan saat kita menjalaninya. Sehingga kita bisa belajar dari keadaan dan melahirkan resolusi baru yang lebih faktual dan lebih pas kita jalani. Resolusi juga mustinya menjadi pelecut diri dan penyemangat agar kita lebih maksimal lagi melakukan effort kinerja, sehingga apa-apa yang kita harapkan di tahun ini dapat tercapai.
Leave A Comment